Oleh: Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation, New York
Walaupun telah berkali-kali disampaikan sebelumnya, niat mulia mendirikan pesantren di Amerika Serikat masih menjadi pertanyaan menarik bagi sebagian orang. Selain karena keunikan pesantren itu sendiri sembagai institusi pendidikan Islam khas Nusantara, juga karena memang persepsi sebagian orang seolah-olah hak-hak beragama orang Islam di Amerika dibatasi. Terlebih lagi pasca terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS yang memang dikenal kurang bersahabat.
Saya ingin mengatakan bahwa proyek ini adalah proyek yang besar dan serius, sekaligus unik dan mulia.
Saya katakan besar karena memang terbangun di atas visi besar. Visi untuk menyampaikan Islam yang anti thesis dari pemahaman yang dikembangan oleh media massa dan sebagian yang kurang paham atau kurang senang dengan Islam. Yaitu Islam yang mengedepankan dialog dan kerjasama dalam membangun dunia yang lebih damai dan aman. Islam yang sejalan dan senyawa dengan kemajuan dan modernitas, yang menjunjung tinggi toleransi dan keadilan.
Intinya Islam yang didambakan oleh “common sense” kemanusiaan kita, yang kira-kira tersimpulkan dalam kalimat: “rahmatan lil-alamin”.
Saya katakan serius karena memang memerlukan keseriusan. Proyek ini memerlukan pemikiran, perencanaan dan kerja yang serius. Dari proses pencarian lokasi, penggalangan dana, pembangunan sarana pra sarana, bahkan perencanaan aktitiftas pendidikan, semuanya memerlukan keseriusan yang besar. Membangun pesantren di Indonesia mungkin hal biasa. Tapi merencanakan pembangunan pesantren di Amerika, kata orang Amerika: “is not a game” (bukan main-main).
Saya katakan unik karena pesantren adalah institusi pendidikan yang unik di dunia. Adanya hanya di Indonesia, atau Asia Tenggara termasuk Malaysia. Pendidikan Islam ada di mana-mana dan semua bisa mempelopori berdirinya sekolah Islam. Tapi ketika institusi itu disebut pesantren maka itu khas, yang tidak dimiliki oleh dunia lain.
Keunikannya juga karena proyek ini berada di bumi yang jauh dari Nusantara. Tapi di atas semua itu, proyek ini menjadi unik karena pesantren ini berada di negara yang dianggap super power dunia.
Dan saya katakan mulia karena membangun pesantren ini, tidak saja akan membawa kepada kemuliaan dunia. Tapi yang terpenting dari semua itu adalah kemuliaan ukhrawi. Institusi pendidikan adalah pusat pembangunan generasi masa depan. Dan karenanya selama dunia masih eksis selama itu pula pesantren ini membawa kebaikan. Mulialah mereka yang mengambil bahagian di dalamnya karena kebaikan tiada henti hingga akhir zaman.
Alasan-alasan utama
Untuk lebih jelasnya berikut saya sampaikan beberapa alasan utama kenapa sebuah pondok pesantren didirikan di Amerika.
Pertama, Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia. Sementara asumsi yang berkembang di dunia Barat, termasuk di Amerika adalah bahwa Islam itu agama Arab atau Timur Tengah. Maka menampilkan sebuah pendidikan Islam yang khas Indonesia akan mengenalkan Indonesia sebagai negara Muslim terbesar dunia.
Kedua, persepsi tentang Islam yang berkembang di dunia Barat, termasuk Amerika, seolah Islam adalah agama yang kasar, kaku, intoleran, bahkan menjadi ancaman bagi perdamaian dunia. Lebih jauh lagi Islam adalah agama yang bertentangan dengan kemajuan dan nilai-nilai modernitas, seperti kebebasan, kesetaraan dan keadilan. Dengan menampilkan instiusi pendidikan yang berkarakter Indonesia, sedikit banyaknya akan menjawab kesalah pahaman itu. Karena Indonesia adalah negara yang berpenduduk mayoritas Muslim tapi sekaligus mampu merangkul semua nilai-nilai universal tersebut.
Ketiga, Indonesia dengan segala kebesarannya relatif belum dikenal di Amerika dibandingkan bahkan dengan negara-negara Asean lainnya. Jika Thailand misalnya dikenal dengan culinarinya di Amerika, maka barangkali Indonesia akan dikenal dengan sistim pendidikan Islamnya yang khas.
Keempat, bangsa Indonesia punya sejarah besar di masa lalu. Salah satunya adalah bahwa Indonesia pernah menjadi salah satu pusat keilmuan Islam, minimal pada tataran Asia saat itu. Bahkan beberapa ulama Indonesia ditokohkan dunia, dan menjadi rujukan ilmu-ilmu Islam. Saat ini semua itu tinggallah sejarah. Dengan pesantren ini kita harapkan ada ulama-ulama Indonesia yang akan kembali akses internasional. Dan lebih unik lagi karena kebangkitan itu terjadi di Amerika Serikat.
Kelima, Islamophobia yang meninggi di Amerika dominannya disebabkan karena kesalah pahaman terhadap agama ini. Dan karenanya cara terbaik untuk merespon Islamophobia ini adalah dengan mengadakan pendidikan yang menyeluruh, sesuai kebutuhan masyarakat sekitar.
Keenam, pendirian pesantren di Amerika ini juga menjadi “test case” (ujian kasus) bagi Amerika dalam tolerasi, kebebasan beragama, HAM dan keadilan untuk semua (justice for all). Kita mengenal Amerika menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, kebebasan beragama (religious freedom), hak-hak asasi manusia (termasuk hak agama/ibadah), serta keadilan untuk semua. Dan karenanya kita berupaya semaksimal untuk memenuhi persyaratan bagi berdirinya sebuah pondok (boarding school) ini. Dan jika persyaratan-persyaratan dipenuhi, dan Amerika menolaknya berarti Amerika melakukan pelanggaran pada nilai-nilai (values) yang dibanggakannya.
Ketujuh, dengan segala dinamika yang terjadi di Amerika, negara ini tetap sebagai negara super power dunia. Sekecil apapun karya yang dilakukan di negara ini, dikarenakan posisi Amerika, akan memberikan dampak besar kepada dunia lainnya. Harapannya pesantren ini akan berdampak positif dan berkontribusi kepada terbangunnya hubungan yang semakin baik antara Amerika dan dunia Islam, khususnya Indonesia.
Lalu program-program apa saja yang akan dilakukan untuk meraih tujuan-tujuan mulia di atas? Dan apa pula tantangan-tantanan yang akan dihadapi dalam proses pembangunannya? (Bersambung)
Udara Dubai, 15 Januari 2018