Bandung, Obsessionnews – Saat Dalam Forum High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Bandung, Sekretaris Daerah Kota Bandung Yossi Irianto mengharapkan agar tim tersebut dapat mengendalikan keseimbangan inflasi yang diakibatkan tingginya kurs rupiah terhadap dolar.
Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi saat ini tengah menurun dengan adanya kurs tinggi tersebut. Yossi menjelaskan ada beberapa cara untuk menstabilkan inflasi diantaranya memperkuat daya tahan swasembada pangan. Kota Bandung sendiri memiliki sawah abadi, sehingga menurut Yossi sepatutnya bisa dilaksanakan program tersebut. Ia mensyukuri jika kawasan sawah abadi berada dalam level yang padat.
“Punya sawah abadi itu harus produktif agar bisa menyuplai di Bandung. Jadi harus diberdayakan strategi menuju swasembada pangan tadi,”ujarnya di Hotel Newton, Jl RE Martadinata, Rabu (11/11).
Menurut Yossi, Kota Bandung masuk dalam tujuh besar inflasi di Jawa Barat. Karena sebagian besar kebutuhan pokok dipasok didaerah lain. Laju pertumbuhan Ekonomi (LPE) rata-rata Kota Bandung sebesar 8.53 persen. Sektor perdagangan dan industri merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar.
Selain itu, untuk memperkuat swasembada pangan adalah dengan mengembangkan kewirausahaan mandiri. Yossi menuturkan, kemandirian tersebut ditekankan kepada produksi padat karya. Karena pertumbuhan ekonomi Bandung ditopang oleh jasa dan perdagangan.
Pemkot Bandung bertugas untuk meningkatkan jasa dan perdagangan di level-level Kecamatan. “Basis kita itu di jasa, sehinga kita mampu memelihara berbagai sumber produksinya terutama pangan. Karena konsumsi pangan sangat vital, satu kebutuhan strategis,” ungkapnya.
Terkait forum tersebut, Yossi menilai langkah yang baik. Ia berharap agar setiap tahun dapat dilaksanakan forum TPID (Tim Pemantau Inflasi Daerah). Karena dengan begitu para SKPD terkait bisa bertukar pikiran dengan para ahli tentang pengendalian inflasi.
Yossi menambahkan, inflasi yang proporsional akan memberikan motivasi kepada pelaku usaha dalam memproduksi barang dan jasa yang berdampak positif dalam perluasan kesempatan kerja.
“Ke depan konsep kewirausahaan baru ini tidak hanya berbasis dalam swasembada pangan tapi mampu mandiri dalam kewirausahaan,” pungkasnya. (Dudy Supriyadi)