Subang– Untuk memperkenalkan budaya Korea, sebanyak 23 orang volunteer (sukarelawan) yang terdiri dari 19 mahasiswa dan 4 orang penerjemah dari Hankuk Univesity of Foregn Studies (HUFS), Korea Selatan, melakukan kerja mengajar di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) ‘Alamy, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Ketua tim volunteer Go Eun Na mengatakan, tujuannya ke Subang untuk saling memperkenalkan budaya Korea ke siswa-siswi di Indonesia.
“Kami memberitahu kepada siswa-siswi tentang berbagai kebudayaan Korea. Selain itu juga kami melakukan pertukaran budaya,” ujar Eun Na dalam bahasa Korea kepada Obsessionnews.com, yang didampingi penerjemah, Raga Jiwa Zoelya, Selasa (13/1/2015).
Pada aktivitas mengajar para volunteer membagi kegiatan menjadi 4 kelas, yaitu kelas musik dan olahraga, kelas bahasa Korea, kelas science dan kelas seni. Para siswa-siswi mengikutnya dengan antusias semua kegiatan, terlebih kegiatan keterampilan a la Korea Selatan,yaitu Namu Mokgori (membuat kalung dari kayu), Binu Mandeulgi (membuat bentuk dari sabun lembut), Tuho (ketangkasan melempar anak panah dengan tangan) dan pola hidup sehat cara Korea yang disampaikan dengan gaya anak-anak usia SD.
Menurut Eun Na, selain ke Indonesia HUFS juga menjalin hubungan kerjasama dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Kazakhstan, Tiongkok, India dan Filipina. Rencananya mereka berada di Subang selama satu pekan.
Terkesan Kemajuan Indonesia dan Subang
Eun Na bersama mengakui sangat terkesan oleh kemajuan Indonesia dan Subang dari tahun ke tahun. Ketika sampai di Jakarta yang ketika sebelumnya belum ada kereta api commuter line di Jakarta sekarang ada. Begitu juga di Subang banyak perubahan. Banyak pusat perbelanjaan yang menyediakan kebutuhan dengan mudah. “Sekarang makin nyaman,” ujarnya.
Kedatangan volunteer HUFS ke Subang merupakan agenda tahunan sejak 2011. Tahun ini merupakan kedatangan yang ke-4 kali. Kepala SDIT ‘Alamy, Munandar Hilmi mengatakan, pihaknya merasa terhormat oleh Universits Hankuk Korea Selatan dan pemerintah Indonesia ataupun Pemkab Subang yang mempercayakan SDIT ‘Alamy sebagai lokasi mengajar. Pengaruhnya kepada pendidikan di SDIT ‘Alamy merupakan berkah yang membuat siswa-siswi bisa berinteraksi dengan warga asing dengan perbedaaan latar belakang budaya. Dengan berbeda bahasa membuat siswa, termasuk para guru, terdorong menjadi tahu dan bisa – walaupun sedikit – tentang Bahasa Korea. “Jelas bagi kami ini pembelajaran luar biasa,” ujar Munandar.(Teddy Widara)