Kamis, 25 April 24

Peringati Hari Bela Negara, Pusdok Tamaddun Gelar Tur Sejarah Perjuangan Syafruddin Prawiranegara Pimpin PDRI

Peringati Hari Bela Negara, Pusdok Tamaddun Gelar Tur Sejarah Perjuangan Syafruddin Prawiranegara Pimpin PDRI
* Sjafruddin Prawiranegara. (sumber foto: id.wikipedia.org)

Obsessionnews.com – Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamaddun pada Minggu (18/12/2022) menggelar napak tilas perjuangan Syafruddin Prawiranegara di Jakarta untuk memperingati Hari Bela Negara yang diikuti 30 perserta yang berasal dari berbagai wilayah.

 

 

Baca juga:

Penting Memahami dan Mengingat Peristiwa Mosi Integral Natsir pada 3 April 1950

Masyumi: Membubarkan Diri dan Menggugat

 

 

Ketua Pusdok Tamaddun Hadi Nur Ramadhan mengatakan, kegiatan ini adalah upaya untuk mengangkat sosok “Presiden yang Terlupakan” Syafruddin Prawiranegara yang jasanya banyak dipinggirkan dalam sejarah.

 

“Syafruddin Prawirangara berjuang memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia menggantikan posisi Soekarno-Hatta yang ditangkap oleh Belanda dalam agresi militer kedua,” ujar Hadi yang memimpin tur sejarah, dikutip dari siaran pers, Senin (19/12).

 

Kegiatan tur sejarah ini mengambil tempat ke Makam Syafruddin Prawiranegara di Tanah Kusir, Kompleks Masjid Al Azhar Indonesia, bekas Kantor Partai Masyumi, dan Gedung Dewan Dakwah Islamiyah.

 

Berbagai lapisan masyarakat turut serta dalam acara ini baik dari ormas Islam, pelajar sekolah, mahasiswa, dosen, aktivis, pemerhati sejarah, pengurus pesantren, dan pegawai pemerintahan. Mereka berasal dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang Selatan, dan wilayah-wilayah sekitarnya.

 

“Kami menggelar kegiatan belajar sejarah dengan melakukan tur untuk mengangkat pengorbanan Syafruddin Prawiranegara, kepada generasi muda,” ucap Hadi.

 

Hadi mengatakan, peristiwa Bela Negara sejak 19 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949 sangatlah penting. Saat itu pemerintahan Republik Indonesia lumpuh di tangan penjajah Belanda, dan ibukota harus dipindahkan dari Yogyakarta ke Bukittinggi, Sumatera Barat.

 

“Jalan salah satu yang harus ditempuh agar Indonesia yang baru berumur 3 tahun tetap eksis, maka pemerintah RI memberikan mandat kepada Sjafruddin Prawiranegara selaku Menteri Kemakmuran saat itu untuk menjalankan roda pemerintahan,” terang Hadi.

 

Perang gerilya terhadap Belanda pun meletus di berbagai daerah di Jawa dan luar Jawa sebagai perjuangan rakyat semesta untuk mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia. Syafruddin, yang juga pejuang merupakan tokoh besar Partai Masyumi itu, menjabat sebagai pemimpin PDRI sekaligus Menteri Petahanan dan Penerangan.

 

Dosen Hubungan Internasional Universitas Al Azhar Indonesia Pizaro Gozali Idrus, yang menjadi pembicara dalam tur tersebut, menyatakan perjuangan Syafruddin dari Bukittinggi menggema hingga mancanegara.

 

Tidak hanya memimpin gerilya dari Tanah Sumatera, Syafruddin ikut melebarkan perjuangannya kepada dunia internasional. Sebab Belanda menyampaikan kepada dunia bahwa Republik Indonesia telah runtuh. Namun Syafruddin membantahnya dengan menegaskan Republik Indonesia masih berdiri tegak.

 

“Kita mengetahui Belanda memblokade jalur-jalur penghubung Indonesia dengan luar negeri sejak November 1945. Pak Syaf menunjuk A.A Maramis sebagai Menteri Luar Negeri yang saat itu menjadi Dubes di India agar perjuangan bangsa Indonesia mendapatkan dukungan negara-negara di dunia,” ujar Pizaro.

 

Saat itu Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru meresponsnya dengan menyelenggarakan Konferensi Inter Asian Relation Conference yang kedua pada 20-25 Januari 1949 di New Delhi yang diikuti 19 negara Asia, Afrika, dan Pasifik Selatan.

 

“Upaya diplomasi PDRI membuka mata dunia atas pelanggaran-pelanggaran yang terus dilakukan penjajah Belanda terhadap Republik Indonesia, sehingga dunia internasional melakukan kecaman dan tekanan terhadap Belanda,” ujar Pizaro.

 

Syafruddin, kata dia, juga orang yang mencetuskan usulan agar pemerintah RI segera menerbitkan mata uang sendiri sebagai atribut kemerdekaan Indonesia untuk mengganti beberapa mata uang asing yang masih beredar.

 

“Pak Syaf yang menekankan kepada Bung Hatta bahwa Indonesia yang merdeka harus memiliki mata uang sendiri,” ucap Pizaro.

 

Sjafruddin Prawiranegara wafat di Jakarta tanggal 15 Februari 1989 dalam usia 78 tahun. Selesai shalat jenazah di Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta, menjelang diberangkatkan ke pemakaman di TPU Tanah Kusir, Mohammad Natsir mewakili sahabat seperjuangan memberikan kata sambutan perpisahan.

 

Natsir mengatakan, “Tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan almarhum Sjafruddin Prawiranegara selain kata Istiqamah!”

 

Presiden B.J. Habibie tahun 1998 menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Republik Indonesia Adipradana untuk almarhum Mr. Sjafruddin Prawiranegara.

 

Pembentukan PDRI tanggal 19 Desember 1948 telah resmi diperingati sebagai Hari Bela Negara. Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara menyatakan 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia karena pada tanggal tersebut terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka bela negara.

 

Beberapa tahun kemudian berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 113/TK/Tahun 2011 tanggal 7 November 2011 pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional sebagai penghargaan atas jasa-jasa Sjafruddin Prawiranegara yang besar terhadap negara dan bangsa Indonesia. (red/arh)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.