Rabu, 24 April 24

Pengaruh Covid-19 pada Kekebalan Tubuh

Pengaruh Covid-19 pada Kekebalan Tubuh
* Ilustrasi sistem kekebalan melawan virus di tubuh kita. (Foto: Getty Images)

Pandemi Covid-19 telah menyoroti pentingnya sistem kekebalan kita.

Jaringan sel, tisu dan organ yang kompleks ini merupakan senjata utama yang dimiliki tubuh kita untuk bertahan melawan infeksi dan penyakit.

Dan layaknya anggota tubuh kita yang lain, sistem kekebalan akan menua dari tahun ke tahun, membuat kita lebih rentan terhadap segala macam penyakit.

Ini adalah salah satu alasan – selain prevalensi kondisi yang sudah ada sebelumnya – mengapa para ahli medis percaya bahwa orang yang berusia di atas 65 tahun rentan tertular Covid-19 dan mengembangkan penyakit yang lebih parah.

Namun, penuaan sistem kekebalan kita tidak selalu sama dengan usia kronologis kita.

“Ada individu berusia 80 tahun, tapi memiliki sistem kekebalan tubuh layaknya orang berusia 62 tahun, atau bisa jadi sebaliknya,” ujar Shai Shen-Orr, seorang pakar kekebalan tubuh dari Technion Institute of Technology di Israel, kepada BBC.

Kabar baiknya, kita bisa memperlambat proses penuaan sistem kekebalan dengan menerapkan beberapa rangkaian langkah sederhana.

Tapi sebelum kita melakukannya, mari kita pelajari bagaimana sistem kekebalan tubuh kita bekerja.

Sel T dan B yang lebih sedikit
Sistem kekebalan tubuh memiliki dua cabang, masing-masing terbuat dari sel darah yang berbeda. Sel-sel itu secara khusus terlibat dalam mempertahankan organisme kita.

Respons imun bawaan adalah garis pertahanan pertama kita. Respons itu segera aktif ketika mendeteksi keberadaan organisme asing di tubuh kita.

Respons ini mengandung “neutrofil, yang terutama menyerang bakteri monosit, yang membantu mengatur sistem kekebalan, mengingatkan sel-sel kekebalan lain bahwa ada infeksi.”

“Kemudian, ada NK (atau sel pembunuh), yang tugasnya memerangi virus atau kanker.”

“Ketiga sel ini tidak bekerja dengan baik saat kita bertambah tua, “jelas Janet Lord, direktur Institute of Inflammation and Aging di Birmingham University di Inggris.

Lalu, ada juga respons adaptif, yang terbuat dari sel-sel kekebalan tubuh yang dikenal dengan limfosit T dan limfosit Byang memerangi patogen tertentu.

Respons ini memerlukan beberapa hari agar berfungsi dengan baik, namun ketika itu benar-benar berfungsi, ia akan mengingat patogen itu di kemudian hari dan memeranginya lagi ketika patogen itu muncul.

“Seiring bertambahnya usia Anda, anda akan menghasilkan lebih sedikit limfosit, tapi Anda memerlukannya untuk memerangi infeksi baru seperti SARS-CoV-2,” tambahnya.

“Dan bahkan yang tubuh Anda ciptakan di masa lalu untuk melawan infeksi lain juga tidak bekerja dengan baik (seiring bertambahnya usia).”

Artinya, penuaan menyebabkan penurunan semua fungsi sistem kekebalan.

Respons bawaan menghasilkan sedikit lebih banyak sel tetapi ini tidak bekerja dengan baik, dan respon adaptif menghasilkan lebih sedikit limfosit B (yang dibuat di sumsum tulang dan bertanggung jawab untuk memproduksi antibodi) dan lebih sedikit limfosit T (yang diproduksi di kelenjar timus dan mengidentifikasi dan membunuh patogen atau sel yang terinfeksi).

Penurunan limfosit T disebabkan kelenjar timus mulai menyusut saat kita mencapai usia 20 tahun. Itu kian mengecil dan mengecil ketika Anda mencapai usia 65 tahun atau 70 tahun, hanya 3% dari [kelenjar] itu (ada di tubuh kita),” jelas Lord.

Hilangnya sel yang menyimpan memori patogen menyebabkan kita tidak hanya kehilangan kemampuan untuk merespons infeksi, tetapi juga vaksin yang mencegahnya seiring bertambahnya usia.

Shai Shen-Orr, seorang pakar dari Israel, menjelaskan bahwa dalam kasus vaksin flu “40% orang dewasa berusia 65 tahun ke atas tidak memberikan respons terhadap vaksin tersebut.”

Masalah lainnya adalah menua menyebabkan lebih banyak peradangan dalam darah dan jaringan, sesuatu yang oleh para ilmuwan disebut sebagai inflammaging (kombinasi dari kata-kata peradangan dan penuaan).

“Selain tidak bekerja secara maksimal, sel-sel sistem kekebalan cenderung menyebabkan peradangan yang menyebabkan berbagai penyakit,” jelas Prof Lord.

Semua perubahan yang terjadi seiring bertambahnya usia ini “mempersulit kita untuk pulih dari infeksi atau cedera”, kata Encarnacion Montecino, seorang peneliti di Universitas California (UCLA), kepada BBC.

Ia mengatakan bahwa beberapa dari infeksi tersebut bisa menjadi kronis.

“Infeksi yang bisa dikontrol seperi herpes zoster, atau tuberculosis bisa muncul kembali. Ini meningkatkan kerentanan terhadap patogen baru dan timbulnya kanker.” (Red)

Sumber: BBC News

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.