
Salah seorang pengacara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Sidney Powell mengatakan direktur dinas intelijen pusat Amerika (CIA) harus dipecat karena mengabaikan peringatan tentang perangkat lunak yang digunakan dalam pemilu presiden (Pilpres) AS 2020.
Trump Tolak Menyerah!
Donald Trump berkeras dia tidak akan mengakui hasil pemilu AS, meskipun tampaknya—untuk kali pertama—mengakui bahwa pesaingnya, Joe Biden, memenangi pemilu.
“Dia menang karena pemilu dicurangi,” tulis kandidat petahana tersebut di Twitter, mengulangi klaim pemilu curang— tanpa menyebut bukti.
Kira-kira satu jam kemudian, dia mengatakan dia tidak mengakui hasil pemungutan suara pada 3 November.
Dia telah mengajukan banyak gugatan hukum di sejumlah negara bagian, tetapi belum memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya.
Semua gugatan hukumnya tak berhasil, sejauh ini.
Pada Jumat (13/11), pejabat pemilu mengatakan bahwa pemungutan suara adalah “paling aman dalam sejarah Amerika” dan “tidak ada bukti bahwa sistem pemungutan suara menghapus atau menghilangkan suara, mengubah suara, atau dengan cara apa pun yang dikompromikan”.
Sementara itu, Biden tetap menjadi presiden terpilih.
Partai Demokrat meraup 306 suara pada electoral college – sistem yang digunakan AS untuk memilih presidennya – yang jauh melebihi ambang batas 270 untuk menang.
Penghitungan ulang atau gugatan hukum apa pun, kemungkinan tidak akan membatalkan hasil keseluruhan.
Kemenangan Biden dalam pemilihan umum juga telah melampaui perolehan lima juta suara.
Namun demikian, Trump menolak untuk mengakui kemenangan Biden sampai sekarang.
Dalam konferensi pers Jumat (13/11), Trump mengatakan “siapa yang tahu” pemerintahan yang akan berkuasa di masa mendatang.
Penolakannya untuk menyerah telah meningkatkan kekhawatiran tentang kemampuan pemerintah AS ke depan untuk mengatasi tingkat infeksi Covid-19 yang meningkat. (ParsToday/BBC/Red)