Rabu, 24 April 24

Pendekatan Soft Power Hadirkan Umat Islam yang Ramah

Pendekatan Soft Power Hadirkan Umat Islam yang Ramah
* Aksi Bela Islam 2 di depan Istana Presiden, Jakarta, Jumat (4/11/2016). (Foto: Edwin B/Obsessionnews.com).

Jakarta, Obsessionnews.com – Mengantisipasi dan menghadapi kemungkinan terjadinya gangguan keamanan nasional (kamnas), bukan hanya menggunakan pendekatan kekuatan keras (hard power), seperti penegakan hukum, tindakan pengamanan fisik oleh TNI dan Polri. Namun juga bisa menggunakan pendekatan kekuatan lunak (soft power), seperti memanfaatkan berbagai tradisi kultural keagamaan. Tujuan utama dari pendekatan kedua ini adalah mencari solusi yang rekonsiliatoris, dan menjaga kondisi yang damai dan sejuk.

TNI dan Polri tampaknya sangat menyadari sepenuhnya pentingnya pendekatan yang disebut terakhir itu. Dan secara inovatif menerapkan tradisi keagamaan yang bisanya lekat dengan budaya Islam tradisional di Indonesia, khususnya kalangan nahdliyyin, untuk kepentingan tersebut.

Hasilnya, menurut pengamat sosial dan politik Muhammad AS Hikam, sangat baik. Dalam mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi dalam demo, baik demo 411 maupun demo selanjutnya, kedua alat negara terebut menggunakan Istighotsah (doa dalam keadaan situasi krisis), Sholawat Asma’ul Husna (99 Nama Allah), dan juga Sholawat Nariyah (doa memohon dilindungi dari adzab neraka).

Pengamat sosial dan politik dari Universitas Presiden, Muhammad AS Hikam.
Pengamat sosial dan politik dari Universitas Presiden, Muhammad AS Hikam.

Ketiga macam kegiatan tersebut adalah ekspresi budaya Islam Nusantara yang dipraktikkan oleh kalangan Islam tradisional, khususnya kaum nahdliyyin, seperti juga Tahlilan dan Yasinan (keduanya terintegrasi dalam Istighotsah), dan Manaqiban (pembacaan riwayat hidup Rasulullah atau para auliya’ dan ulama besar).

“Tradisi ini kesemuanya merupakan olah batin atau ruhani dalam bentuk wirid dan doa bersama. Dampak dari kegiatan tersebut pada umumnya adalah kesejukan dan kedamaian batin serta kepercayaan diri menghadapi cobaan,” tutur Hikam seperti dikutip Obsessionnews.com dari laman Facebooknya, Sabtu (19/11/2016).

Menurut dosen Universitas Presiden ini, pendekatan soft power seperti ini sangatlah penting dalam konteks upaya mengajak masyarakat meninggalkan pola-pola penyelesaian konflik dengan kekerasan, dan juga menerapkan model demokrasi yang tidak hanya prosedural tetapi substansial.

“Pada akhirnya demokrasi yang diterapkan di negeri ini mesti berdampak positif bagi rakyat luas dalam bentuk fisik maupun ruhani. Demokrasi yang tidak hanya mengerahkan kekuatan massa dan voting saja, tetapi juga demokrasi yang bisa melindungi dan mengayomi. Inilah sumbangan dari kredo menghadirkan umat Islam yang ramah, bukan yang marah,” tandas mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi ini. (@arif_rhakim)

Baca Juga:

Guyonan Hikam Soal Demo Bayaran dan Fitnah

Mengurai Kaukus Politik yang Bikin Ruwet Kasus Ahok

Dukungan Warga dan Artis Mengalir Untuk Ahok

Perjuangan Sangat Berat Bagi Timses Ahok

Kalau Tak Ada Demo, Ahok Kemungkinan Tidak Tersangka

Ahok Tersangka, Jangan Euforia Dulu

Ahok Tersangka Kasus Penistaan Agama yang Tidak Ditahan

Teman Ahok Kecewa Ahok Jadi Tersangka

Kabareskrim: Tak Ada Tekanan Tetapkan Ahok Tersangka

Pihak Ahok Belum Putuskan akan Preperadilan

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.