
Jakarta, Obsessionnews – Siapapun Presiden yang memimpin Indonesia, kudu menghadapi bahwa pertumbuhan ekonomi terus mengalami penurunan. Memang pernah sekali tumbuh di atas angka 6% namun, itu hanya terjadi pada 2011 lalu.
Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi Unika Atmajaya, A. Prasetyantoko mengatakan, ada beberapa aspek yang menyebabkan ekonomi mengalami penurunan di antaranya adalah neraca transaksi berjalan terhadap produk domestik bruto (PDB).
Pada 2011, neraca transaksi berjalan non minyak dan gas sempat menyentuh angka positif. Namun di tahun-tahun berikutnya hingga saat ini, terus mengalami penurunan.
“Tren penurunan kinerja ekspor terjadi pada kuartal IV tahun 2014, ekspor bahkan minus 4,5%,” kata Prasetyantoko dalam diskusi investasi di gedung Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Jakarta, pada Selasa (12/5).
Lebih lanjut Prasetyantoko menyebutkan, pada 2011 ekspor sempat naik 14,8%. Namun pada 2014, kinerja ekspor year on year hanya 1% karena energi untuk tumbuh terus merosot.
Prasetyantoko menilai, hingga saat ini pola pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat tergantung pada siklus komoditas. Saat komoditas berakhir, maka tidak ada energi untuk tumbuh. Sikap yang harus dilakukan pemerintah adalah, mendorong sektor manufaktur untuk mengganti sektor ekspor lainnya.
“Pemerintah belum berhasil merubah lanskap ekonomi dari komoditas ke sektor manufaktur. Yang kurang, tidak ada strategi industrialisasi yang baik,” jelas dia.
Meski konsumsi pemerintah naik, Prasetyantoko meragukan ekonomi bakal tumbuh. Sebab faktor pendukung lainnya buruk.
“Investasi langsung sebenarnya naik, sayangnya situasi yang lain jelek,” kata Prasetyantoko. (MBJ)