Jumat, 26 April 24

Pembodohan Publik oleh ‘Survey-surveyan’?

Pembodohan Publik oleh ‘Survey-surveyan’?

Oleh: Nasrudin Joha, Pegiat medsos

Aneh, ada yang marah, ngamuk, gembira, sedih, pidato kemenangan, geram atas kekalahan, semua disebabkan polah lembaga ‘survey-surveyan’. Para pemburu prosentase ini, mengumbar aksara suara dibalik methode ilmiah. Jika terbukti salah, mereka acuh dan buang badan. Mereka berlindung dibalik bunker ‘Margin Of Eror’.

Coba tengok Pilkada DKI Jakarta yang lalu, saat semua lembaga survey sebut FOKE diunggulkan. Nyatanya Dilan yang menang, mereka kagak merasa berdosa tuh ? Mereka tetap berani pasang muka badak dan kembali mengompori publik, membelah opini publik, mengaduk-aduk perasaan publik, bahkan menimbulkan Euforia dan kemarahan melalui rilis survey surveyan !

Survey-surveyan ini menjadikan otoritas kelembagaan penghitung biting direnggut opini survey-surveyan. Memang benar, kolaborasi antara survey-surveyan dan kooptasi tehadap lembaga pilih-pilihan akan menghasilkan “kemenangan yang sempurna”.

Lembaga pilih-pilihan menerapkan hasil akhir, lembaga survey-surveyan melaksanakan tugas prakondisi. Wow, Josep Stalin benar dalam soal ini. Yang memenangkan calon itu bukan yang memberi suara, tapi yang menghitung suara.

Capek memang, belum ada hitung real, sudah keluar survey-surveyan. Kalau mau fair tidak masalah, tapi siapa yang menjamin lembaga survey-surveyan tidak menjadi partisan politik ? Apalagi Setelah dipanggil istana misalnya ?

Keruh, rusak, jika kooptasi survey-surveyan mampu mencuci otak publik, menerbitkan bias suara dan dikukuhkan lembaga penghitung suara. Lantas, siapa yang akan terzalimi ? Siapa yang akan diuntungkan ?

Threre are’nt Free Lunch, makan ke warteg saja harus bayar. Jadi, berburu gizi untuk melanjutkan hidup akan sangat berpengaruh pada kredebilitas lembaga survey-surveyan. Lantas, siapa yang dapat menjamin idealisme otak mampu mengalahkan tuntutan perut yang lapar ? Tak terkecuali lembaga survey-surveyan ?

Sudahlah ! Berhenti terbelah oleh survey-surveyan, bahkan berhenti berkerumun dalam demokrasi dengan pilkadal-pilkadalan. Segera kembali kepada Illahi Rabbi, taatilah syariat Islam, penuhilah seruan penerapan syariat Islam secara kaffah.

Umat harus dididik dengan syariat, dipahamkan dengan Islam kaffah. Jangan membawa, gerbong gairah perubahan umat pada bongkahan gerbong demokrasi.

Demokrasi akan tumbang, jika umat meninggalkannya. Demokrasi warisan barat penjajah ini, tidak akan memberikan kebaikan sedikitpun kepada umat Islam.

Sudah saatnya, umat berada di garda dakwah yang Istiqomah, meneladani siroh nabawiyah, mencampakkan demokrasi sekuler yang rusak dan merusak. Jangan mau, potensi umat dikerdilkan dan diadu domba oleh demokrasi.

Saat umat diadu dalam kubah demokrasi, para penjahah terus asyik melalap tambang emas, tambang batubara, tambang minyak, dan seluruh kekayakan di negeri kaum muslimin. Kaum muslimin, hanya kebagian pilkadal-Pilkadalan, diadu domba oleh survey surveyan. (***)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.