Jakarta, Obsessionnews.com – Bertugas di negara kepulauan dengan banyaknya daerah terpencil tentu tidak sedikit permasalahan kesehatan yang harus dicari jalan keluarnya. Belum lagi tantangan penyediaan pelayanan kesehatan yang harus ramah untuk rakyat. Namun, pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) terbukti berhasil membawa beberapa kebijakan penting di dunia kesehatan Indonesia.
Bergerak di ranah vital kehidupan manusia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan terus berusaha meningkatkan kulitas pelayanan dan dan kualitas tenaga medis di Tanah Air. Salah satunya adalah program kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS). Terhitung sudah empat tahun program ini berjalan di Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut, BPJS berhasil menjangkau sebanyak 72% masyarakat Indonesia. Sementara hingga akhir tahun 2017 lalu, jumlah pemegang Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) mencapai 187.982.949 orang.
Baca juga:
Udara Kotor Pengaruhi Kesehatan Usus
Peduli Kesehatan, Novita Tandry Launching Buku Happy Healthy Parenting
Bulan Kesehatan Gigi Nasional Digelar di Unsoed
Tidak hanya berfokus pada kualitas jaminan kesehatan, pemerintah juga telah membentuk program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS). Program ini menjadi salah satu bentuk jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan spesialis di Daerah Bermasalah Besehatan (DBK) maupun daerah dengan kategori terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) di Indonesia.
Menurut data yang dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, program WKDS ini telah berhasil mengisi kekurangan kebutuhan dokter spesialis di rumah-rumah sakit Indonesia. Sejak diluncurkan pada pertengahan tahun 2017, saat ini program WKDS telah memberangkatkan tujuh angkatan, dengan jumlah peserta sebanyak 1.213 dokter spesialis (716 mandiri, 497 tugas belajar) dan telah ditempatkan di 44 rumah sakit di 392 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Angka penderita Malaria di Indonesia juga menjadi salah satu keberhasilan yang ditorehkan pemerintah. Untuk menekan angka tersebut, pemerintah tengah berupaya agar seluruh rumah di daerah endemik malaria mendapatkan bantuan kelambu anti nyamuk dan menggunakannya dengan baik untuk mencegah malaria. Terbukti pada Oktober 2017, jumlah daerah yang terbebas dari penularan malaria mengalami penurunan dengan menyentuh angka 266 kabupaten/kota. Jumlah kelambu yang dibagikan pada tahun 2017 juga telah meningkat, yakni sebanyak 3.983.000 kelambu.
Selain itu, angka penderita Tuberkulosis Paru juga cenderung menurun. Dikutip dari website resmi Kementerian Kesehatan, penurunan angka tersebut ditandai dengan capaian indikator angka keberhasilan TB (Success Rate/SR), dimana di Indonesia berhasil dipertahankan minimal 85% sejak 1999. Pada 2016 ada 307 (60%) kabupaten/kota yang telah mencapai SR minimal 85%. Data pada triwulan 1-2 2017, capaian SR sebesar 85%. Tidak hanya malaria dan TBC yang berhasil di tangani Kementrian Kesehatan, angka stunting akibat gizi buruk pada balita juga berhasil turun sebanyak 30,8 persen. Angka tersebut turun sekitar 6,4 persen dari lima tahun sebelumnya.
Baca juga:
Ini Berbagai Gebrakan Pemerintahan Jokowi Jaga Kekayaan Laut Indonesia
Ini 5 Poin Dukungan Alumni SMA Jakarta Bersatu Kepada Jokowi
Jokowi Keliling Swafoto Bersama Massa Alumni SMA Se-Jakarta
Kasus lain yang juga berhasil ditangani pemerintah adalah Filariasis atau yang lebih dikenal dengan kaki gajah. Pada Agustus 2017 lalu, sebanyak 23 kabupaten/kota dari target 15 kabupaten/kota berhasil membebaskan sebanyak 15.482.681 penduduk dari kecacatan akibat penyakit ini. Angka tersebut berhasil di dapat dari inovasi dan terobosan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan. Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA) merupakan program yang dilakukan untuk memberantas Fiariasis. Pada bulan tersebut setiap penduduk kabupaten/kota endemis kaki gajah secara serentak minum obat pencegahan. BELKAGA dilaksanakan setiap Oktober sampai tahun 2019. (Indah Kurniasih)