Jumat, 19 April 24

Pegadaian Jadi Benteng Masyarakat

Pegadaian Jadi Benteng Masyarakat
* Pelayanan Pegadaian. (Foto: Pasardana)

Jakarta, Obsessionnews.com — Covid-19 secara nyata telah menggerogoti sendi-sendi perekonomian nasional. Sejak kasus pertama muncul di Indonesia, berbagai sektor ekonomi terkena imbasnya. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan di berbagai daerah ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, PSBB diyakini mampu mencegah penyebaran virus corona. Tapi di sisi lain, PSBB juga menyebabkan sejumlah sektor usaha mengalami mati suri.

Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia tahun ini tidak akan tumbuh alias 0% dibanding asumsi APBN sebesar 5,3%. Bank Dunia juga memproyeksikan ekonomi negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik pada 2020 hanya tumbuh 2,1% untuk skenario baseline dan negatif 0,5% dalam skenario lebih rendah akibat pandemic Covid-19.

Kontraksi ekonomi jelas mengkhawatirkan. Sebab jika itu terjadi, angka pengangguran dan kemiskinan bakal melonjak. Dalam kalkulasi pemerintah, jumlah penduduk miskin bertambah 2 juta orang pada akhir 2020, dari posisi 24,79 juta orang (9,22%) pada September 2019. Jumlah penganggur diestimasikan naik 4,2 juta orang dibanding posisi Februari 2020 sebanyak 6,88 juta orang (4,99%).

Ancaman membangkaknya angka pengangguran dan kemiskinan bukan isapan jempol. Sekitar 2 juta pekerja, terutama di sektor manufaktur, transpor tasi, pariwisata, dan ritel sudah dirumahkan dan di-PHK. Itu belum termasuk para pekerja informal, khususnya di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Ilustrasi Pegadaian. (Foto: Katadata)

Pukulan yang dialami para pekerja informal, terutama pelaku UMKM, bisa berakibat fatal bagi perekonomian nasional. Sebab jumlah pekerja informal di negeri ini lebih banyak disbanding pekerja formal, yaitu 70,49 juta (55,72%) berbanding 56,02 juta orang (44,28%).

Dalam situasi yang serba sulit ini, ada badan usaha milik negara (BUMN), dengan model bisnis yang unik, khas, dan ikonik, terlibat langung membantu masyarakat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi akibat pandemic Covid-19. Perusahaan pelat merah itu tiada lain PT Pegadaian (Persero).

Pada masa pandemi, Pegadaian hadir memberikan berbagai ‘stimulus’, seperti penurunan suku bunga, perpanjangan masa bebas bunga, pinjaman bebas bunga, dan restrukturisasi pinjaman. Bagi yang sedang kesulitan uang kas karena terdampak Covid, program Pegadaian sungguh membantu. Mereka hanya perlu menggadaikan aset yang bisa diambil lagi saat kondisi keuangannya membaik.

Gadai Peduli

Sebagai perusahaan yang mempunyai visi menjadi the most valuable financial company di Indonesia dan sebagai agen inklusi keuangan pilihan utama masyarakat, Pegadaian membantu nasabah melalui program baru bertajuk Gadai Peduli. Gadai Peduli menjadi program yang diperuntukkan kepada pengguna produk Gadai Konvensional maupun Syariah. Di tengah kesulitan ekonomi masyarakat akibat pandemi Covid-19, program ini diharapkan dapat meringankan beban nasabah.

Program Gadai Peduli menetapkan sewa modal 0 persen untuk produk gadai reguler (KCA) dengan pinjaman hingga Rp 1.000.000 dengan ketentuan maksimal satu transaksi Gadai Peduli dalam satu Kartu Keluarga (KK). Selain itu, untuk uang pinjaman Rp510.000 hingga Rp1.000.000 akan mendapat diskon biaya administrasi sebesar 50%. Piinjaman yang mendapatkan sewa modal 0 persen dan diskon biaya administrasi di atas adalah untuk periode pinjaman 1 Mei 2020 sampai dengan 31 Juli 2020.

Direktur Utama Pegadaian, Kuswiyoto. (Foto: dok manajemen)

“Kami berkomitmen terus memberikan berbagai kemudahan bagi nasabah, terlebih lagi pada situasi yang sulit seperti saat ini. Target kami kalau bisa membantu meringankan beban 5 juta nasabah gadai, di mana 3,5 juta nasabah dari eksisting dan 1,5 juta diharapkan dari tambahan nasabah selama bebas bunga diterapkan,” jelas Direktur Utama Pegadaian, Kuswiyoto.

Selain itu, program Gadai Peduli juga memberikan service excellence kepada para nasabah berupa penundaan jatuh tempo selama 30 hari dari tanggal yang seharusnya. Adanya penambahan relaksasi diharapkan memberikan kesempatan kepada para nasabah untuk mengumpulkan dana di tengah pandemi ini. Dalam penerapannya, program ini berlaku untuk semua nasabah Pegadaian tanpa terkecuali.

“Kami berharap, adanya program Gadai Peduli tersebut bisa mengurangi beban ekonomi nasabah yang mungkin terdampak Covid-19,” ungkap Kuswiyoto.

Harus diakui, sebagai institusi keuangan yang memiliki basis pasar sangat kuat, masif, loyal, dengan inklusi amat luas hingga pelosok-pelosok daerah, Pegadaian yang punya kemampuan pendanaan hingga Rp 10 triliun, telah menjadi benteng yang kokoh untuk melindungi masyarakat, khususnya di akar rumput, dari hantaman krisis ekonomi.

Peran serupa dijalankan Pegadaian saat krisis moneter mengharu biru perekonomian nasional pada 1997-1998. Diharapkan bukan hanya Pegadaian yang menjadi tameng Covid. Pemerintah harus mengerahkan seluruh sumber daya –semua BUMN, badan usaha milik daerah (BUMD), kementerian/lembaga (K/L), serta elemen-elemen di bawahnya—untuk menjalankan peran serupa.

Tumbuh di Tahun Covid

Di tengah kondisi ekonomi yang lemah, Pegadaian terus menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal ini terlihat dari segi laba, omset pinjaman, hingga jumlah nasabah yang terus meningkat di tengah pandemi Covid-19. Pada bulan April 2020 laba perusahaan tercatat sebesar Rp 1,13 triliun dan terus meningkat pada Mei 2020 sebesar Rp 1,32 triliun. Sementara, pada omset penjualan di bulan April 2020, perseroan mencatat sebesar Rp 53,90 triliun dan terus menunjukkan peningkatan hingga Mei 2020 sebesar Rp 65,61 triliun.

“Di tengah berbagai tantangan dalam masa pandemi COVID 19, kinerja bisnis perusahaan masih tetap tumbuh. Sampai Mei 2020 kita tumbuh semuanya,” ujar Kuswiyoto.

Hal yang sama juga terjadi dalam jumlah nasabah Pegadaian. Di tengah pandemi, nasabah Pegadaian terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Terlihat pada bulan April 2020, perseroan mencatat pertumbuhan nasabah sebanyak 14,73 juta jiwa dan pada bulan Mei 2020 sebanyak 14,90 juta jiwa.

“Kami terus tingkatkan optimalisasi kapabilitas perusahaan. Pegadaian telah memiliki pondasi yang kuat dalam menjaga sustainabilitas kinerja perusahaan,” jelasnya.

Dalam menjaga pondasi kinerja bisnis Pegadaian, perusahaan juga terus meningkatkan sistem digital. Pegadaian terus melakukan sosialisasi kepada para nasabah untuk mengoptimalkan Pegadaian digital, sehingga para nasabah bisa bertransaksi di rumah saja tanpa harus datang ke kantor Pegadaian. Adapun hingga Mei 2020, tercatat pengunduh aplikasi Pegadaian Digital sebanyak 1,9 juta.

Untuk mencapai target bisnis Pegadaian di tengah pandemi, perseroan terus menyusun strategi dengan menetapkan berbagai regulasi keringanan- keringanan kepada nasabah Pegadaian. Regulasi tersebut meliputi penurunan tarif bunga dari 1,2% menjadi 1% per 15 hari untuk roll over kredit gadai guna membantu nasabah dan menjaga engagement.

“Kita juga melakukan relaksasi dengan perpanjangan masa bebas bunga (grace period) selama 30 hari. Tetapi kami juga punya Gadai Peduli (Bebas Bunga) dimana nasabah nantinya dibebaskan bunga untuk pinjaman sampai dengan Rp1 juta selama 3 bulan dan sekaligus program akuisisi nasabah,” katanya.

Selama pandemi, Pegadaian akan terus mengembangkan model bisnis dan konsep layanan yang meminimalisir kontak antara karyawan dengan nasabah melalui pemanfaatan teknologi. Pemanfaatan tersebut seperti Produk Gold Card yaitu konsep kartu kredit berbasis jaminan tabungan emas atau titipan emas.

Selain itu, Pegadaian juga melayani transaksi gadai via dropbox yaitu konsep layanan gadai contactless antara nasabah dan karyawan melalui sarana dropbox. Pemanfaatan teknologi yang dilakukan oleh Pegadaian juga dengan menggunakan Digital Lending yaitu penyaluran kredit modal produktif (B2B) dengan sistem fidusia dan jaminan invoice melalui platform internal dan High Touch to High Tech. (Has)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.