
Myanmar – Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (Dewan HAM PBB) menyetujui pengiriman tim pencari fakta ke Myanmar untuk menyelidiki pembunuhan, pelecehan seksual dan penyiksaan terhadap Muslim Rohingya di Provinsi Rakhin oleh aparat keamanan negara ini.
Seperti dilansir ParsToday, Sabtu (25/3/2017), kantor berita IRNA mengungkapkan, sebelumnya Pelapor khusus PBB untuk urusan Myanmar Yanghee Lee usai lawatan terbarunya ke negara ini menyerahkan laporan terkait kondisi Muslim Rohingya dan menuntut pembentukan komisi pencari fakta di kasus ini.
Lembaga HAM juga menuding pemerintah beserta militer Myanmar terlibat dalam kejahatan anti Muslim Rohingya.
Duta Besar Myanmar untuk PBB, Htin Lynn, Jumat (24/3), menyebut keputusan Dewan HAM PBB tidak dapat diterima. Dikatakannya, komisi nasional Myanmar telah selesai mewawancarai para korban yang kabur ke Bangladesh dan akan merilis hasil temuannya pada Agustus mendatang.
“Aksi seperti ini tak bisa diterima bagi Myanmar karena tidak sejalan dengan situasi di lapangan dan keadaan nasional kami. Biarkan rakyat Myanmar memilih tindakan terbaik dan paling efektif untuk menangani tantangan-tantangan di Myanmar,” kilahnya berkelit.
Di sisi lain, berbagai laporan menunjukkan militer Myanmar membakar rumah Muslim Rohingya dan membantai sejumlah orang serta memperkosa perempuan Muslim.
Adapun pemerintah Bangladesh memprediksikan sekitar 400 ribu pengungsi Muslim Rohingya hidup di negara ini dan 70 ribu lainnya baru memasuki negara ini.
Lebih dari satu juta Muslim Rohingya hidup di Myanmar, namun pemerintah negara ini menolak memberikan hak-hak sipil kepada mereka.
1000 Muslim Tewas Dibunuh Militer Myanmar
Dua pejabat tinggi PBB mengumumkan, dalam operasi yang dilakukan aparat keamanan Myanmar di Utara negara itu, lebih dari 1000 Muslim Rohingya tewas.
Press TV (9/2) melaporkan, dua pejabat tinggi PBB yang bertugas menangani masalah Muslimin Rohingya yang lari dari kekerasan di Myanmar, Rabu (8/2) menuturkan, data terkait jumlah korban operasi militer Myanmar terhadap warga Muslim Rohingya, menunjukkan jumlah yang jauh lebih besar dari data yang dilaporkan sebelumnya.
Pemerintah Myanmar mengklaim, jumlah Muslim Rohingya yang tewas sejak dimulainya operasi militer Myanmar tahun 2016 lalu di Negara Bagian Rakhine, kurang dari 100 orang.
Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB dalam laporannya menyebutkan, aparat militer Myanmar dalam operasinya melakukan pembunuhan terhadap bayi, anak-anak, perempuan dan orang lanjut usia, juga melakukan pemerkosaan dan kekerasan fisik terorganisir serta luas.
Pemerintah Myanmar yang sebelumnya membantah laporan tersebut, pekan lalu berjanji akan melakukan penyelidikan terkait hal ini.
Sehubungan dengan masalah tersebut, Paus Fransiskus, Pemimpin umat Katolik dunia, Rabu (8/2) menyampaikan protes atas kejahatan-kejahatan yang dilakukan terhadap Muslim di Myanmar.
Ia mengatakan, Muslimin Rohingya menderita selama bertahun-tahun dan hanya karena memegang teguh ajaran agama serta budayanya, mereka harus disiksa dan terbunuh.
Menurut laporan PBB, lebih dari 69 ribu Muslim Rohingya di wilayah Maungdaw, Negara Bagian Rakhine, Myanmar melarikan diri ke Bangladesh dan 23 ribu lainnya terlantar. (*/Red)