Jakarta, Obsessionnews – Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persaudaraan Muslim Indonesia (PARMUSI) Usamah Hisyam mengungkapkan dalam bidang dakwah, stigma yang dibangun terhadap Islam radikal, terorisme yang identik dengan Islam, paham-paham yang dilahirkan untuk mengkotak-kotakan Islam, cenderung akan menyulitkan strategi dakwah Islamiyah untuk mempersatukan golongan-golongan ummat.
“Hal ini harus kita waspadai bersama, karena saat ini terdapat gerakan radikalisme global yang diatasnamakan Islam untuk menyudutkan ummat Islam dunia!” seru Ketua Umum PARMUSI, H Usamah Hisyam, saat menyampaikan pidato pembukaan dalam ‘Pembekalan dan Orientasi Pengurus Pusat PARMUSI 2015-2019, di Wisma Pusdiklat Kemensos, Jakarta, Jumat (3/7/2015).
Menghadapi perkembangan lingkungan strategis global semacam itulah, menurut Usamah, sebagai aktifis pergerakan Islam, kita harus mengencangkan ikat pinggang. “Kita harus membangun militansi, mempertebal persatuan dan kebersamaan, menyamakan persepsi untuk menggerakkan roda organisasi guna mecapai gol yang sama,” tandasnya. (Simak juga: FOTO Parmusi Buka Puasa dengan Pengungsi Rohingya di Aceh)
Dalam konteks itu semua, lanjutnya, PARMUSI perlu membangun paradigma baru, yakni dengan mengubah orientasi para kader, dari sekedar poltical oriented, menuju social, economics, and da’wah oriented sekaligus menjadikan Parmusi sebagai connecting moeslem.
“Tema tersebut memiliki implikasi bahwa ke depan Parmusi tak lagi bersifat eksklusif dalam semua dimensi, tetapi akan mengembangkan inklusifitas sebagai saluran aspirasi ummat Islam Indonesia,” tegasnya dalam Pembekalan dan Orientasi Perkaderan PARMUSI yang bertema ‘Paradigma Baru Parmusi Sebagai Connecting Moeslem Berbasis Sosial, Ekonomi, dan Dakwah’.
“Dengan paradigma baru tersebut, insya Allah Parmusi akan mampu mencetak kader-kader sosial, politik, dan dakwah yang memiliki sociopreneurship tangguh, sehingga lebih siap ketika terjun di legislatif maupun eksekutif untuk mewarnai berbagai kebijakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” jelas Usamah. (Baca juga: Ketum Parmusi Imbau Ormas Islam Jangan Anarkis)
Ia menegaskan, sebagai ‘conneting moslem’ PARMUSI merupakan saluran muslim dari berbagai kelompok dan kalangan. Sehingga, ego dari masing-masing ormas atau parpol Islam, bisa dihilangkan di PARMUSI. “Jika ukuwah Islamiyah kita kuat, niscaya, seluruh masalah kebangsaan dan kemasyarakatan bisa diatasi bersama-sama dengan lebih mudah,” tutur mantan Anggota DPR RI dari Fraksi PPP (Partai Persatuan Pembangunan) ini.
Berbasis sosial, sambungnya, PARMUSI harus jadi wadah amal soleh dari tingkat pusat hingga ke seluruh pelosok-pelosok di tanah air. Sehingga umat Islam merasakan manfaat kehadirannya. Sedangkan berbasis ekonomi, PARMUSI mendesak kepada Jokowi dan Jusuf Kalla untuk segera memenuhi janji kampanyenya. Terutama pemberdayaan ekonomi rakyat di lapis bawah dengan mengembangkan ekonomi kerakyatan, guna mewujudkan pemerataan dan keadilan ekonomi.
“Sedangkan di bidang dakwah, stigma yang dibangun terhadap Islam radikal, terorisme yang identik dengan Islam, justru menyulitkan umat Islam sendiri dalam strategi dakwah Islamiyah. Hal itu harus diwaspadai, karena gerakan radikalisme global yang diatasnamakan Islam dibat untuk menyudutkan ummat Islam dunia,” pungkasnya.
Selain dihadiri seluruh jajaran Pengurus Harian Pusat PARMUSI, pembekalan yang berlansung tiga hari itu (3-5 Juli 2015), juga dihadiri mantan Menteri Sosial yang juga Ketua Majelis Penasihat PARMUSI, DR H Bachtiar Chamsyah. Serta politisi PPP lainnya, yang juga fungsionaris PARMUSI, seperti Emron Pangkapi, Irgan dan Sekjen PPP Ainur Rofiq. Turut hadir pula Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiah (DDI) KH Syuhada Bahri.