Kamis, 25 April 24

Jalan-jalan ke Pulau Bangka (Bagian 1)

Jalan-jalan ke Pulau Bangka (Bagian 1)
* Kepulauan Bangka dan Belitung. Pulau Bangka di sebelah kiri dengan kota terbesar di sana adalah kota Pangkalpinang, sekaligus menjadi ibukota Propinsi Babel. (Sumber: https://contenttugas.wordpress.com/peta-wisata-pulau-bangka-belitung/)

Konferensi Nasional Sistem Informasi (KNSI) tahun 2018 kali ini diadakan di kota Pangkalpinang di Pulau Bangka, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Tuan rumah konferensi KNSI 2018 adalah STMIK Atma Luhur, Pangkalpinang. Sebagai salah seorang komite KNSI, saya diundang untuk hadir. Tentu saja kesempatan ini tidak saya sia-siakan, karena saya belum pernah mengunjungi kota Pangkalpinang khususnya dan Pulau Bangka umumnya. Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Saya sudah pernah ke pulau Belitung beberapa tahun yang lalu, tetapi ke Pulau Bangka ya baru kali.

Kota Pangkalpinang dapat dicapai dengan pesawat dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Palembang, dan Batam. Dari Bandung sebenarnya ada penerbangan langsung dengan maskapai NAM Air ke Pangkalpinang, tetapi tidak setiap hari ada. Seringkali penerbangan dibatalkan karena jumlah penumpang yang minim. Saya khawatir saja lama-lama penerbangan dari Bandung ke Pangkalpinang ditutup karena sepi penumpang.

Karena hari Rabu tidak ada flight ke Pangkalpinang dari Bandung, maka saya dan teman-teman “terpaksa” mengambil rute Bandung-Batam-Pangkalpinang. Memang agak lama karena kita transit di Batam selama 3,5 jam (itupun kalau tidak delay). Kami sengaja menghindar terbang dari Jakarta karena tidak mau terjebak kemacetan parah lewat tol Cikampek.

Kami terbang ke Batam pada siang hari (pukul 11.30), lalu menunggu di Bandara Hang Nadim Batam  selama 4 jam lebih karena delay di Batam. Jam 17.30 barulah kita terang ke Pangkalpinang dari Batam. Melelahkan juga ya…

Penerbangan dari Batam ke Pangkalpinang memakan waktu 45 menit. Dari atas udara Pulau Bangka tampaklah kota Pangkalpinang yang berkerlap-kerlip lampunya di bawah. Semakin mendekati bandara semakin terlihat banyak bangunan hotel dan gedung bertingkat lainnya.  Kota Pangkalpinang tidaklah kota kecil seperti yang saya bayangkan, tetapi tampak seperti kota metropolis, maklumlah ini ibukota Propinsi Babel.

Kami mendarat di Bandara Depati Amir. Bandaranya masih baru, itu tampak dari bangunan terminalnya yang megah dan modern dan bergaya futuristik. Ada tiga buah garbarata untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

Bandara Depati Amir, Pangkalpinang

Bagian dalam Bandara Depati Amir

Bagian luar bandara Depati Amir

Swafoto sejenak 🙂

Dari bandara kami diantar ke hotel. Tetapi sebelum sampai ke hotel, kami mampir dulu di sebuah restoran seafood dekat bandara. Sebagai propinsi yang dikelilingi oleh laut, hidangan laut tentu menjadi ciri khas propinsi ini.  Beberapa hidangan laut yang menggugah selera ada di restoran ini. Salah satu hidangan laut khas pulau Bangka bernama Lempah Kuning. Hidangan ini mirip pindang ikan di Palembang, tetapi berbumbu kuah kuning dari aneka rempah-rempah. Sajian ikan di dalam Lempah Kuning adalah ikan tenggiri. Rasanya asam segar dan pedas (pedas dari lada, bukan dari cabe merah). Rasa asam disebabkan oleh buah nanas di dalamnya. Hmmm…enak sekali. Selain Lempah Kuning yang khas, juga terdapat ikan tenggiri bakar bumbu kuning. Hmmm…serba kuning ya.

Lempah Kuning

Ikan bakar bumbu kuning

Bagaimana? Kulinernya saja sudah enak, apalagi nanti pemandangan alamnya yang akan saya ceritakan pada bagian kedua (Bersambung). (Rinaldi Munir, Dosen Teknik Informatika ITB)

 

Sumber: rinaldimunir.wordpress.com

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.