Selasa, 23 April 24

Panglima TNI: Sifat Ancaman di Era Revolusi Industri 4.0 Ada Tiga

Panglima TNI: Sifat Ancaman di Era Revolusi Industri 4.0 Ada Tiga
* Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto tampil sebagai narasumber pada acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Indonesia Maju Pemerintah Pusat dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Sentul International Convention Centre (SICC), Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019) malam. (Foto: Puspen TNI)

Jakarta, Obsessionnews.com – Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto tampil sebagai narasumber pada acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Indonesia Maju Pemerintah Pusat dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Sentul International Convention Centre (SICC), Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019) malam.

 

Baca juga:

 

Hadi Tjahjanto Sudah Dilantik Jokowi Jadi Panglima TNI

Track Record Hadi Tjahjanto Kurang Komplit Jadi Panglima TNI

Marsekal Hadi Tjahjanto, Calon Panglima TNI yang Dipuji DPR

 

Di hadapan sekitar 2.693 peserta Rakornas mulai dari pangdam, danrem, dandim, kapolda, kapolres, kajari dan kajati se-Indonesia Hadi menyampaikan tentang pentingnya menjaga stabilitas keamanan agar tetap terjaga dengan baik.

“Berbicara masalah stabilitas keamanan tentunya kita berbicara soal tren aspek ancaman, di mana ancaman saat ini dengan berkembangnya revolusi industri 4.0 begitu mudah,” katanya.

Menurutnya, sifat ancaman di era revolusi industri 4.0 ada tiga. Pertama adalah Eskalatif, yaitu tiba-tiba muncul menjadi ancaman yang begitu besar.  Kedua adalah Mixed, bergabung kadang-kadang menjadi dua dan tiga.  Ketiga adalah dalam tempo yang singkat.

“Kita tidak membayangkan apa yang terjadi, tiba-tiba di Medan terjadi bom bunuh diri,” ucapnya.

Dikutip obsessionnews.com dari keterangan tertulis Puspen TNI, Kamis (14/11), dalam kesempatan tersebut Hadi juga mengungkapkan, ketika tahun 2019 stabilitas keamanan di ibu kota Jakarta sedang terganggu karena adanya aksi unjuk rasa atau demonstrasi, tiba-tiba Papua bergejolak, sedangkan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih berjalan.

“Jadi ada tiga bentuk ancaman yang saat itu harus diselesaikan bersama-sama. Artinya apa, ancaman itu pola bercampur-campur dan dalam tempo yang cepat,” ujarnya.

Untuk menjaga stabilitas keamanan dari ancaman tersebut kuncinya adalah kerja sama yaitu sinergitas TNI dan Polri termasuk dengan pemerintah daerah.

“Kalau stabilitas keamanan terjaga, pembangunan di wilayah akan dapat dilaksanakan dengan baik,” tegasnya.

Selanjutnya Panglima TNI menyampaikan bahwa dengan adanya tren ancaman, maka diperlukan satu organisasi yang adaftif dan TNI baru saja meresmikan organisasi baru, yaitu Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) yang isinya terdiri dari tiga matra.

“Kogabwilhan I berkedudukan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau; Kogabwilhan II di Balikpapan; dan Kogabwilhan III di Biak, Papua,”  tuturnya.

“Dulu apabila ada krisis atau masalah, maka TNI membentuk komando bentukan yang saat ini sifatnya permanen, sehingga apabila ada ancaman dimana saja, Panglima langsung bisa bertindak dalam melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP),” tandasnya. (arh)

 

 

Related posts

1 Comment

  1. Taufik Hidayat

    PERNYATAAN Panglima terlalu berlebihan, tendensius dan cenderung membahagiakan pihak tertentu terkait aksi bom bunuh diri di Poltesta Medan.
    Saya kurang yakin itu bom bunuh diri, sasarannya tidak jelas, amatiran dan hanya berdampak gangguan keamanan an lokal. Pihak keamanan, penguasa dan media Nasional terlalu membesar besar kan. Ada pihak yg diuntungkan dari peristiwa ini. Pemerintah seakan mendapat legitimasi dan justifikasi. Tengok pendapat Mahfud MD dan Fakhrul Rozi Menag langsung mengkknfirmasi hal tsb

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.