
Jakarta, Obsessionnews.com – Makar atau upaya menggulingkan pemerintah yang sah akhir-akhir ini menjadi istilah yang terpopuler. Hal ini terkait dengan maraknya aksi unjuk rasa menuntut polisi menangkap Gubernur non aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menjadi tersangka kasus dugaan penistaan agama. Ahok diduga menghina kitab suci umat Islam, yakni Al-Quran surat Al Maidah ayat 51.
Anehnya, meski ditetapkan sebagai tersangka pada Rabu (16/11/2016) Ahok tidak ditahan.
Hal inilah yang membuat umat Islam dan berbagai elemen masyarakat lainnya semakin marah. Massa dalam jumlah besar akan berunjuk rasa menuntut Ahok dipenjara pada Jumat (25/11).
Rencana demo besar-besaran tersebut mendapat reaksi keras dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Tito mengatakan, pihaknya akan menjaga ketat aksi 25 November. Pasalnya, aksi tersebut berpotensi berujung pada upaya penggulingan pemerintahan.
Tito mengaku mendapat informasi bahwa ada “penyusup” di balik aksi demo tersebut dan akan menduduki gedung parlemen Senayan, Jakarta.
“Kalau itu bermaksud untuk menjatuhkan atau menggulingkan pemerintah, termasuk pasal makar,” ujar Tito dalam konfersi pers di Jakarta, Senin (21/11).
Tito mengatakan, berdasarkan undang-undang, menguasai gedung pemerintahan merupakan salah satu pelanggaran hukum.
Terlebih lagi, Tito mendapat informasi bahwa ada sejumlah rapat terkait upaya menguasai DPR.
“Bila ada upaya-upaya seperti itu, kita akan lakukan upaya pencegahan dengan memperkuat gedung DPR/MPR,” kata Tito.
Tito menegaskan bahwa proses hukum terhadap Ahok tetap berjalan di Bareskrim Polri. Dengan demikian, tak perlu lagi dilakukan aksi unjuk rasa. Jika tetap dilakukan, maka patut dicurigai bahwa aksi tersebut tak lagi murni untuk penegakan hukum.
“Kita udah dapat info, ini bukan masalah proses hukum lagi. Tapi ada upaya agenda politik lain, di antaranya upaya makar,” kata Tito.
Sementara itu Jokowi menegaskan dia tidak khawatir dengan adanya dugaan upaya makar terhadap pemerintahan yang sah.
“Enggak (khawatir)-lah, ini kan kita ini produk demokrasi yang konstitusional, ya saya biasa-biasa saja,” kata Jokowi kepada wartawan seusai sarapan bersama Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di teras Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/11).
Wacana makar tersebut dipertanyakan oleh orang dekat mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Andi Arief. Andi mendesak Jokowi menjelaskan siapa yang akan melakukan makar.
“Pertanyaan saya, kesimpulan makar yang didapat Presiden itu datang dari sumber resmi negara atau lagi-lagi berdasarkan laporan konsultan?” cuit mantan Staf Khusus (Stafsus) Presiden di era SBY itu di akun Twitternya, @AndiArief_AA Selasa (22/11/2016).
Kalau benar ada rencana makar terhadap kekuasaan Jokowi, Andi menduga orang pertama yang dimaksud Jokowi adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Sebab, hanya JK yang sangat berpeluang menjadi presiden secara konstitusional seperti Habibie di era Soeharto.
“Saya kira Pak Jokowi dan Kapolri segera jelaskan soal makar, kasihan Pak JK yang secara tidak langsung tertuduh atas wacana makar,” tulis Andi. (@arif_rhakim)
Baca Juga:
Pengamat Sebut Aksi Bela Islam 3 Untuk Pemakzulan Presiden
Kapolri Sebut Demo 212 Berbau Makar, Eks Stafsus SBY Protes
Mengurai Kaukus Politik yang Bikin Ruwet Kasus Ahok
Kalau Tak Ada Demo, Ahok Kemungkinan Tidak Tersangka
Ahok Tersangka, Jangan Euforia Dulu
Ahok Tersangka Kasus Penistaan Agama yang Tidak Ditahan
Teman Ahok Kecewa Ahok Jadi Tersangka
Kabareskrim: Tak Ada Tekanan Tetapkan Ahok Tersangka
Pihak Ahok Belum Putuskan akan Preperadilan