Rabu, 4 Oktober 23

Omah Pancing yang Beromset Rp 35 juta – Rp 40 juta Per Bulan

Omah Pancing yang Beromset Rp 35 juta – Rp 40 juta Per Bulan

Yogyakarta – Siapa yang tak kenal Omah Pancing yang berlokasi di Jalan Kadipaten Kidul Nomor 83 A, Jogja? Berangkat dari hobi memancing inilah Omah Pancing kemudian berdiri. Di tangan seorang Andreas Tatang Yuli Purwoko atau biasa dipanggil Tatang ini menjadikan Omah Pancing sebagai prospek bisnis yang berkembang.

Tatang memulai bisnis Omah Pancingnya ini 7 tahun lalu. Tepatnya tahun 2008 bersamaan dengan adanya Kampung Cyber yang terkenal teknologi informasinya itu. Tatang mulanya menjual perangkat pancing dengan berkeliling di sekitar kampung. Kemudian mencoba berjualan di rumah sendiri sebagai tempat usahanya itu.

Aneka perangkat pancing
Aneka perangkat pancing

“Mulanya saya membuat timah pemberat pancing itu. Juga terima service alat pancing dan jual beli alat pancing. Dulunya hanya satu etalase saja di rumah itu saya sudah senang. Hobi saya yang memang suka memancing sejak tahun 1990-an. Anak pertama saya lahir saya sangat menyukai hobi memancing itu,” terang Tatang belum lama ini.

Hobinya memancing pun tak kenal lelah. Terjauh sudah sampai selatan Pulau Jawa Tatang mengikuti turnamen memancing. Berpikir lebih jauh, mengapa dari hobinya itu tidak membuat timah pemberat sendiri? Lelaki yang juga pelukis ini semangat untuk mengembangkan usahanya perangkat pancing ini.

Keinginan dan keuletannya untuk berkembang, sedikit demi sedikit Tatang mulai membuka toko di pinggir jalan yang tadinya hanya di rumah saja. Omah berarti rumah dalam bahasa Jawa. Sementara pancing yang menjadi alatnya. Dimulai berjualan dari rumah sampai membuka sebuah toko.

“Baru tiga tahun yang lalu Omah Pancing berada di toko pinggir jalan besar. Letak yang strategis juga mudah untuk dicari jika di pinggir jalan besar. Makanya pelan-pelan saya pindahkan dari rumah ke toko ini,” ujarnya.

Baginya tidak perlu takut dengan pesaing yang sama-sama di bidang alat pancing. Justru dengan begitu dapat menarik pembeli yang lebih banyak. Di sisi lain sudah memiliki segmentasinya sendiri-sendiri.

Dengan dibantu satu pegawainya, Tatang tetap mengunggulkan kualitas, terutama spesifikasinya alat-alat pancing itu. Kadang istrinya, Ira, juga ikut membantu suaminya di Omah Pancing. Tokonya ini selalu ramai pembeli, ada yang membeli timah pemberat pancing, alat pancing, pelampung, bahkan di sini tersedia barang baru maupun bekas yang layak pakai.

“Dulunya bapak itu berjualang masih keliling. Membuat timah pemberat pancing dan service alat pancing. Kata orang-orang kok bagus servicenya, lalu sering datang teman maupun pelanggan yang ingin service alat pancingnya. Saya dulunya juga sering ikut suami memancing ke luar kota. Jadi saya sedikit tahu soal perangkat pancing,” cerita Ira.

Omah Pancing beromset Rp 35 juta – Rp 40 juta per bulan. Dari perangkat yang termurah seperti pelampung  Rp 500 ribu hingga termahal seperti alat pancing ada yang sampai Rp 4 jutaan dengan merek terkenal dan kualitas bagus.

Tak hanya pembeli saja yang datang langsung ke tokonya. Tatang juga sering mengirimkan pesanan perangkat pancing hingga Papua. Omah Pancing buka setiap hari pukul 08.00-22.00 WIB.

Ke depannya, Tatang menginginkan usahanya terus berkembang. Bahkan ingin membuka cabang di Bantul yang peminatnya sangat banyak dalam dunia memancing. “Angan-angan saya membuka cabang dulu di sekitar Jogja. Mungkin nantinya bisa sampai luar Jogja. Saya senang menggeluti dunia pancing ini,” ujar lelaki kelahiran 15 Juli 1967 ini. (Anissa Nurul Kurniasari)

Related posts