Rabu, 24 April 24

Obrolan dengan Sopir Go-Jek Sepanjang Jalan

Obrolan dengan Sopir Go-Jek Sepanjang Jalan
* Saiful, salah seorang sopir Go-Jek di Bandung. (Foto: Rinaldi Munir).

Akhir-akhir ini saya jadi sering menggunakan Go-Jek dari rumah ke Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Biasanya saya naik taksi dari rumah, atau bawa motor lalu dititip parkir di Bandara selama semalam dua malam, tapi saya merasa lebih praktis naik ojek saja.

Nah, naik ojek pangkalan atau naik ojek berbasis aplikasi semacam Go-Jek? Dua-duanya saya gunakan, tapi kalau ke Bandara saya pilih naik Go-jek saja.  Go-Jek bisa dipesan dari rumah melalui aplikasinya, lima menit kemudian sopir Go-Jek nya datang.  Praktis dan lebih murah. Namun saya tetap menghargai ojek pangkalan, kalau untuk jarak dekat ya saya naik ojek biasa.

Saya ini orang yang tipenya suka mengajak ngobrol sopir Go-Jek sepanjang perjalanan. Tidak hanya sopir Go-Jek saja, tapi saya juga suka mengajak ngobrol sopir angkot, sopir taksi, atau sopir travel. Kebetulan saja saya mendapat sopir-sopir Go-Jek yang ramah dan mau diajak bercerita. Saya suka menanyakan pengalaman mereka selama menjadi sopir Go-Jek. Naluri jurnalistik saya muncul begitu saja, siapa tahu ada bahan untuk tulisan, he..he. Sambil mendengarkan mereka bercerita, saya menyelami kehidupan mereka. Banyak saja cerita yang dapat dijadikan pelajaran hidup dan sumber inspirasi. Sambil ngobrol mereka tetap awas menjalankan motornya.

Cerita Sopir Go-Jek 1

Saya naik Go-Jek dari rumah di Antapani ke Bandara Husein S. Tarifnya terpampang di layar aplikasi cuma Rp 24 ribu saja. Sebagai perbandingan, jika memakai taksi dari rumah saya minimal Rp 50 ribu. Sepanjang perjalanan sopir gojeknya enak diajak mengobrol.  Saya tanya-tanyalah dia, berapa dapat penghasilan dari bonus go-ride, go-food, go-mart, dan aneka go lainnya.  Setiap hari dia mendapat bonus minimal 20 poin, itu setara Rp 100 ribu, minimal lho itu.  Bonus uang itu ditransfer ke rekeningnya setiap hari. Sebulan berarti minimal Rp tiga juta. Itu belum termasuk bayaran cash dan bonus lebih bayar dari penumpang.

Jam kerjanya fleksibel, Go-Jek ini cuma kerja tambahan saja.  Dia hanya Go-Jek dari pagi sampai pukul 9.00, lalu sesudah itu dia bekerja mengantar surat tagihan kartu kredit dari berbagai bank ke alamat nasabah. Tugas mengantar tagihan kartu kredit sampai jam 15.00, sesudah itu dia kembali nge-gojek lagi sampai jam 10 malam. Kalau surat tagihan yang diantar tidak banyak, dia nge-go-jek lagi, tidak harus dari jam 15.00.

Dengan penghasilan meng-gojek saja minimal mendapat penghasilan per bulan minimal Rp tiga juta di luar cash dan bonus penumpang. Itu penghasilan di atas UMK. Jika ditambah dengan penghasilan mengantarkan surat tagihan kartu kredit dari bank tentu lebih besar lagi. Makanya banyak orang yang keluar dari pekerjaan formalnya dan beralih menjadi sopir Go-Jek karena terbayang penghaislan yang menggiurkan.

Tapi sopir Go-Jek di Bandung masih belum berani show of force menampakkan diri dengan seragam Go-Jek serta helm hijaunya itu seperti yang kita lihat di Jakarta atau di kota lain. Mereka masih melapisi seragam Go-Jek dengan jaket penutup agar tidak terlihat oleh sopir ojek pangkalan, yang masih menolak kehadiran Go-Jek. Itu cara sopir Go-Jek di Bandung menyamar. Namun sekarang kondisinya sedikit lebih lunak. Sopir Go-Jek boleh mengantarkan penumpang ke daerah yang dikuasai ojek pangkalan, tapi mereka terlarang menarik penumpang baru dari daerah itu. Itu win-win solution dengan sopir ojek pangkalan, demikian cerita sopir Go-Jek tadi.

Tidak terasa sampailah saya di Bandara Husein, hendak terbang ke Lampung mengajar di ITERA. Sopir Go-Jek menurunkan saya di dekat pangkalan taksi bandara. Ongkos Go-Jek 24 ribu saya lebihkan, bonus buat sopir Go-Jek itu, serta memberi nilai bintang  5  di aplikasi Go-Jek.

Olala, saya lupa mengambil foto sopir Go-Jek tadi agar tidak dibilang “no pic = hoax“. He..he..

Cerita Sopir Gojek 2

Kali ini saya ke Bandara Husein lagi dengan Go-Jek. Sopir gojek yang membawa saya sungguh keren pengalaman hidupnya. Inspiratif. Namanya Pak Saiful, orang Madura. Dia bukan sopir Go-Jek dengan pengalaman hidup biasa-biasa saja, tapi luar biasa. Selama bertahun-tahun sebelum menjadi sopir Go-Jek, Pak Saiful  telah melanglang buana di berbagai negara dan bekerja sebagai sarjana teknik mesin. Pak Saiful pernah bekerja di Belanda, Belgia, Australia, dan terakhir di Arab Saudi sebelum akhirnya pulang ke tanah air.

Putra Pak Saiful adalah lulusan S2 bidang komputer di Korea dan sekarang bekerja di empat perusahaan masakapai asing sebagai ahli IT. Meskipun sudah mencapai gelar Master, Pak Saiful tetap mendorong anaknya untuk meneruskan S3 ke luar negeri. Putranya itu sebenarnya sudah diterima S3 di  Jepang tapi tidak jadi diambilnya karena memakai program ikatan dinas dan setelah lulus harus bekerja selama 10 tahun di sana. Mungkin S3 di Jerman saja, katanya. Keren ya…

Sekarang sesudah pensiun pak Saiful sekali-sekali masih menjadi konsultan permesinan, minggu lalu baru pulang proyek di Kendari. Lha, udah hidup mapan begini kok masih mau kerja Go-Jek, Pak, tanya saya. He…he, ternyata me-gojek itu buat mengusir rasa jenuh saja karena sehari-hari dia di depan komputer memantau pekerjaan.

Pak Saiful juga bercerita tentang kucing-kucingan sopir Go-Jek menghindari bentrokan dengan ojek pangkalan. Meski tidak memakai atribut Go-Jek, tapi sopir ojek pangkalan mampu mendeteksi sopir Go-Jek yang masuk kawasannya. Antapani yang padat berbagai kompleks perumahan itu sebenarnya pasar basah Go-Jek, namun sopir Go-Jek sering takut masuk Antapani.

Setelah sampai di Bandara Husein, saya minta mengambil gambarnya buat berbagi cerita yang menarik ini. Ini Pak Saiful, tidak memakai seragam Go-Jek, seperti halnya sopir Go-Jek lain di Bandung.

Hmmmm…saya membayangkan masa pensiun yang indah seperti Pak Saiful ini, yang telah berhasil mendidik anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang tinggi. Semoga tetap sehat terus, Pak… (Rinaldi Munir, Dosen Teknik Informatika ITB)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.