Jumat, 26 April 24

Nurhayati Subakat, Sang Pionir Kosmetika Halal

Nurhayati Subakat, Sang Pionir Kosmetika Halal
* Nurhayati Subakat.

Obsessionnews – Kisah tentang pendiri kosmetik Wardah bukan sekadar kisah tentang kecantikan, tapi juga tentang gagasan. Siapa sangka, produk tata rias hasil usahanya yang identik dengan citra wanita muslimah ini begitu populer dan dipakai berjuta orang di dalam dan di luar negeri. Nurhayati pun berhasil menempatkan perusahaan ke dalam jajaran perusahaan kosmetik lokal terbesar di Indonesia.

Nurhayati Subakat bukanlah berasal dari keluarga pengusaha berada. Wanita Lulusan Institut Teknologi Bandung jurusan farmasi ini pertama kali bekerja sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum di Padang. Beberapa waktu kemudian, dia memilih hijrah ke Jakarta. Bekerja sebagai staf quality control di sebuah perusahaan kosmetik yang tersohor.

Saat kariernya stabil dan menjanjikan, ketidaksepahaman dengan rekan di perusahaan tersebut mendorongnya untuk hengkang. Tahun 1985, dia mencoba menjadi wirausaha dengan memulai bisnis industri rumahan. Produk pertama yang diproduksi, sampo dengan merek Putri perlahan diterima pasar.

“Saat itu sebagian besar salon menerima produk kami,” Nurhayati mengenang. Lima tahun berselang, kala sedang menanjak menuju sukses, sebuah cobaan mesti dia hadapi. Pabriknya hangus terbakar. Perusahaan menderita kerugian yang cukup besar.

Barangkali memang tidak ada hal yang dapat menghalangi impian ibu tiga anak ini untuk menapaki jalan menuju sukses. Berkat kesadaran akan tanggungjawabnya pada para karyawan dan keluarganya, pasca kegetiran tersebut dia mencoba bangkit. Wanita berkarakter positif ini menemukan pemikiran cemerlang penuh inovasi.

Ide itu tak lain dari kejeliannya menyimak apa yang diperlukan masyarakat dan calon konsumen. Dari pergaulan di sekitarnya sehari-hari dan masukan beberapa pihak, dia memahami bahwa para wanita muslimah menginginkan agar selalu tampil menawan dengan riasan tanpa mengkhawatirkan kehalalan produk yang dipakai.

Dengan dukungan suaminya, Drs. H. Subakat Hadi, M.Sc, Nurhayati membentangkan tekad bisnis yang lebih luas. Memulai dari nol, dia merintis Pusaka Tradisi Ibu (PTI) dan membuat produk dengan segmen pasar yang jarang terpikirkan khalayak ramai. Pada tahun 1995, PTI meluncurkan produk terbarunya kosmetika berlabel halal dengan merek Wardah.

Konsep bisnis marketing konvensional yang digunakan oleh Wardah ampuh menjadi satu dari sekian cara efektif untuk mengekspansi bisnis. Kualitas produk ini kian meningkat meski harus melalui badai krisis moneter. Perlahan Wardah mulai dikenal dan jadi kosmetik langganan para wanita kalangan kelas menengah ke atas.

Varian produknya pun semakin beragam dan bisa memenuhi kebutuhan wanita muslimah yang ingin tampil cantik. Beroperasi di 29 Distribution Center (DC), setiap keuntungan yang diperoleh dari omzet bisnis digunakan untuk mengembangkan jaringan pasar nasional maupun internasional. Hal ini dibuktikan dengan perluasan cakupan pangsa pasar Wardah yang mampu mencapai negara tetangga seperti Malaysia dan beberapa negara lainnya.

Dari mimpi besarnya, itu saat ini Nurhayati telah mampu menjadikan Wardah sebagai kosmetik pilihan terlaris. Brand tersebut bahkan menjadikan sederet kalangan selebritis papan atas sebagai ikon produknya. Selain Wardah, dia juga meluncurkan produk merek lain seperti Zahra, Camilla, Fadila dan Muntaz.

Sejak tahun 2008, PTI, perusahaan yang menaungi setidaknya 300 jenis kosmetik itu pun berkembang baik dengan pertumbuhan lebih dari 50 persen per tahun. Ini terjadi di saat rata-rata bisnis produk kecantikan di Indonesia tumbuh di kisaran 10 hingga 15 persen per tahun menurut survei AC Nielsen. Kini, dengan luas pabrik 6,5 hektare di Tangerang, omzet kosmetika Wardah mencapai angka Rp200 M tiap bulan. Pencapaian luar biasa ini menjadikan perusahaan berhasil masuk ke dalam jajaran perusahaan kosmetik nasional terbesar di Indonesia.

Selama lebih dari 25 tahun berpengalaman di bisnis kosmetik, PT Pusaka Tradisi Ibu yang berubah menjadi PTI PT Paragon Technology and Innovation mendapatkan sertifikat GMP (Good Manufacturing Practice) atau CPKB (Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik). Penghargaan juga datang dari Economic Challenges Award 2013, Superbrand 2013, ICSA 2013, Indonesia Customer Satisfaction Award, dan Top Brand 2014. Selain anugerah tersebut, Wadah kosmetik juga mampu menyabet penghargaan dari sebuah department store sebagai produk lokal dengan penjualan terbanyak.

Kepercayaan konsumen terhadap produk Wardah, menurutnya, juga terlihat dari penghargaan untuk lima kategori yang berhasil diraih Wardah. Salah satunya sebagai merek terfavorit.

Prestasi membanggakan semata-mata buah dari kegigihan serta kerja keras Nurhayati selama berpuluh tahun membangun perusahaan. Menurut Nurhayati, tahun-tahun pertama merupakan masa sulit untuk memasarkan produk dengan segmen pasar yang sempit. Namun sikap optimisnya mampu mengatasi tantangan tersebut.

“Saya selalu menjaga konsistensi semangat diri dan karyawan. Saya senang membantu orang, ada kebahagiaan sendiri buat saya,” ungkap Nurhayati.

Perusahaan Paragon kini dikelola bersama-sama dan operasionalnya telah diserahkan kepada anak sulungnya. Nurhayati masih menyimpan harapan tren kecantikan muslimah terus bersinar, bahkan semakin maju. Tapi dia berharap agar bisnis ini tidak akan pernah mencapai puncak.

“Saya justru berharap, bisnis lifestyle muslim ini jangan berada di puncaknya dulu. Karena begitu mencapai puncak, itu artinya sedang menunggu waktu untuk turun,”katanya.

Tahun ini, sejumlah target rencana dalam daftar sedang menanti proses untuk direalisasikan.

“Kami berencana melakukan diversifikasi produk, tak lagi hanya kosmetik,” tutur Nurhayati. Mereka berharap mampu membawa perusahaan Paragon mengalahkan perusahaan multinasional. [] (Naskah: Angie Diyya/Men’s Obsession)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.