Sabtu, 20 April 24

Novita Yunus Melestarikan Wastra Nusantara

Novita Yunus Melestarikan Wastra Nusantara
* Owner & Creative Director Batik Chic Novita Yunus. (Foto-foto: Fikar Azmy/Edwin Budiarso/Women’s Obsession)

Tertantang Go International

Novi menyadari bahwa dia tidak dapat mengurus semuanya sendiri. Beruntung dia memiliki kakak dan adik yang mau membantu. Adiknya yang ketika itu kuliah di Prasetya Mulia Business School diserahi tugas untuk menyusun business plan, sementara dia sendiri bertanggung jawab sebagai creative director. Sementara urusan keuangan diserahkan kepada sang kakak yang merupakan lulusan S2 di bidang finance. Dengan demikian dia pun bebas berkreasi menghasilkan berbagai produk.

Kini Novi tidak hanya memproduksi tas saja, melainkan juga berbagai busana, kain, selendang, tas, dan aksesori lainnya. Nama batik Chic pun kian melanglang buana, hingga ke mancanegara. Berbagai kolaborasi dengan beragam instansi pemerintah, seperti Kementerian Perindustrian atau Kementerian Perdagangan kerap dilakukannya sejak awal berbisnis, sehingga dia sering kali dikirim berpameran atau fashion show di luar negeri.

“Saya selalu melakukan persiapan yang matang sebelum pergi, misalnya mempelajari apa yang sedang trend di negara tersebut, warna atau motif apa yang disukai di sana. Lalu ukuran tubuh pun menjadi perhatian, karena tentunya akan berbeda antara orang Jepang misalnya dengan Eropa atau Amerika. Sehingga kita tidak membawa produk yang asal-asalan dan bisa menuai sukses membuka pasar baru di setiap negara yang dikunjungi,” papar peraih penghargaan Ernst & Young Winning Women 2014 ini.

Baginya peluang pasar itu selalu ada sepanjang kita jeli mempelajarinya. Pemberian wawasan mengenai wastra nusantara, seperti apa itu batik pun perlu dilakukan. khususnya untuk pasar yang belum memahami batik adalah karya seni buatan tangan yang memakan waktu lama proses pembuatannya. Tak heran ketika dia diundang ke Venezuela dan Equador, koleksinya ternyata disukai dan dia diminta kembali datang fashion show di sana, karena mereka ternyata jatuh cinta pada batik. Sementara pertama kali ke Jepang produknya diminati, tapi tidak dibeli lantaran tangan mereka ternyata lebih pendek dari orang indonesia. Setelah busana untuk pasar Jepang diperbaiki, kunjungan selanjutnya ke negara tersebut akhirnya meraih kesuksesan dalam penjualan.

Sementara pencinta mode Polandia lebih antusias terhadap keanekaragaman kain-kain nusantara dan suka dengan busana batik siap pakai untuk sehari-hari.

Sementara saat Novi dan beberapa desainer indonesia diundang Kedutaan Indonesia di Singapura berpameran di Mal Paragon dalam rangka Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, responsnya ternyata positif. Pihak mal akhirnya memberikan space gerai untuk desainer indonesia termasuk dirinya dan hingga sekarang masih terus berjalan.

Halaman selanjutnya

Pages: 1 2 3 4 5

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.