Jumat, 19 April 24

Narasi Tanpa Orasi

Narasi Tanpa Orasi

Oleh: Ustadz Felix Siauw, Pengemban Dakwah

 

“Anak muda sekarang giliran kalian, ambil ini pangung, anak muda!” Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) menyemangati pemuda yang mendominasi #AksiBelaPalestina.

“Ustadz Felix mana ustadz Felix sini”.

Saya kaget, tak menduga saya diminta orasi di panggung. Tapi jamaah sudah berteriak, “Ustadz Felix! Ustadz Felix”, saya pun hampiri UBN.

Komandan Nasional Kokam Mashuri membuka dengan ikrar, saya pun berdiri di panggung, mendampingi beliau. Bersiap sambil berpikir apa yang mau saya sampaikan.

Tiba-tiba Kyai Cholil Nafis, MC aksi maju dan minta panggung disterilkan, semua mundur kecuali pembaca ikrar dan pemuda, termasuk saya tetap di tempat awal.

Lalu datanglah Kyai Marsudi Syuhud, meminta saya mundur, disertai isyarat tangan sambil mendorong. “Antum mundur, kebelakang, mundur dulu.”

Saya pun heran.

Para asatidz banyak yang tak melihat, sebab mereka pun tampak sedang berdiskusi tentang acara. Para asatidz lain yang melihat, sambil marah menghampiri saya.

Mereka tak tega saya diminta mundur dengan cara seperti itu. Mereka bahkan sepakat mengawal saya kembali ke panggung depan, saya tolak dengan halus.

Saya coba merangkul dan meredakan beberapa asatidz, saya sampaikan,”Saya ridha, saya legowo”. Lalu menyampaikan betapa acara ini disaksikan banyak mata.

Bahwa #AksiBelaPalestina adalah pesan kita ke dunia tentang bersatunya kita membela saudara kita di sana, jangan sampai justru ada berita yang dinantikan musuh Islam.

Yang saya tak tahan, ribuan massa meneriakkan nama saya terus-menerus, haru. Saya tertunduk, tak mampu menatap mata mereka yang mengharap saya menyapa mereka.

Massa tak mau reda walau MC terus mencoba mengendalikan, sampai UBN maju dan meredakan massa, barulah mereka mau mendengar, barulah acara bisa dilanjutkan.

Demikian klarifikasi ini saya tulis, saya berkhusnudzann, bahwa Kyai Marsudi tentu punya pertimbangan matang, kita hormati. Yang penting persatuan semua terjaga, cukup.

Yang Allah berikan lebih dari yang diambil dari kita. Persatuan, rasa cinta, rindu, Allah beri meski saya tak sempat menyapa. Narasi tanpa orasi. Alhamdulillah ‘ala kulli haal!

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.