Sabtu, 20 April 24

Nahdlatul Wathan Mengutuk Penghina Gubernur Muslim

Nahdlatul Wathan Mengutuk Penghina Gubernur Muslim

Mataram, Obsessionnews.com – Kasus penghinaan terhadap Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGB KH Dr Muhammad Zainul Majdi oleh seorang pengusaha muda diduga keturunan Tinghoa bernama Steven Hadisurya Sulistyo, membuat keluarga besar Nahdlatul Wathan mengadakan rapat terbatas di TGB Center Mataram NTB, Jumat (14/4/2017), untuk merumuskan pernyataan sikap terhadap kasus penghinaan tersebut.

Isi pernyataan sikap resmi dari Nahdlatul Wathan adalah sebagai berikut:

1. Mengutuk keras penghinaan Steven Hadisuryo Sulistiyo warga keturunan kepada ketua umum Dewan Tanfidziyah PB NW yang sekaligus Gubernur NTB TGB Dr. K.H Muhammad Zainul Majdi apalagi penghinaanya bersamaan dengan menghina pribumi dan warga Indonesia.

2. Mendesak aparat kepolisian Kapolda NTB, KAPOLRI untuk mengusut tuntas kasus pelecehan sekaligus penghinaan yang dilakukan.oleh Steven terhadap Ulama, Gubernur NTB panutan rakyat Indonesia khususnya Masyarakat NTB sampai selesai agar tidak menjadi kebiasaan yang akan diikuti oleh orang lain pada masa yang akan datang.

3. Indonesia harus bebas dari rasis dan tidak boleh satupun dan siapapun dia yang dibiarkan bebas hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika harga mati.

4. Gubernur NTB selama hampir 10 tahun menjadikan NTB sangat aman dan sikap toleransi antar ummat menjadi prioritas utama sehingga hampir tidak pernah terjadi riak-riak dan saling melecehkan antar kelompok dan etnis. NTB menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi semua etnis hidup berdampingan dan tidak pernah saling ganggu.

5. Keluarga besar NW NTB mendukung dan menyatakan sikap untuk menjaga marwah bangsa Indonesia ini dan Indonesia harus bebas dari Rasis.

Sementara itu, aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KOMTAK) Zeng Wei Jian mengecam dan akan menuntut pria WNI keturunan di Singaprua yang mencaci maki Gubernur muslim TGB KH Dr Muhammad Zainul Majdi tersebut.

“Semalam, saya sudah bicara dengan lawyer Farhat Abbas. Dia bilang akan pelajari kasus ini. Jusuf Hamka minta dia jadi kuasa hukum untuk menggugat Steven Hadisurya. Bambang Akuet nyatakan akan ikut teken LP. Siang ini, saya dapat kabar bahwa Farhat Abbas bersama Elsa Syarif akan jadi kuasa hukum Jusuf Hamka. Rencananya, surat gugatan (LP) akan diantar ke Mapolda Metro Jaya atau Bareskrim malam ini,” kata Zeng Wei Jian.

Menurutnya, Jumat hari ini mantan aktivis pemuda Tionghoa menyatakan timnya sedang mencari si Steven. “Dengar-dengar dia tinggal di sekitar Meruya. Begitu laporan si pemuda. Jusuf Hamka bilang ke saya, bahwa bila polisi tidak menegakan hukum, maka Jusuf Hamka akan bertindak sendiri. Steven bakal diadili dengan hukum rimba. Jusuf marah sekali melihat arogansi bocah bernama Steven itu,” ungkapnya.

Menurutnya, Tuanku Guru Baja Muhammad Zainul Majdi adalah seorang yang santun dan baik. Tidak pantas dicaci maki sedemikian rupa.

Ulah Steven sungguh memalukan. Dia menyalahi kaidah Confucianism. Kongzi berkata, “Di empat penjuru lautan semua manusia bersaudara”. (Lun Yu XII:5)

“Aneh, pasca Ahok berkuasa, ada semacam arogansi rasial muncul di segelintir orang-orang Tionghoa. Di sosmed, mereka meraja-lela. Seperti orang kesurupan. Siapapun di-bully, dicaci, difitnah, dihina. Mereka ngga pernah baca advis dari Chris Lowe, “Stupidity combined with arrogance and a huge ego will get you a long way“,” tutur Zeng Wei Jian.

Ia menilai, pasca Ahok menista Surat Al Maidah 51, pengikutnya ikut-ikutan. Begitu juga dengan arogansi Ahok. Diikuti juga oleh pengikutnya.

“Saya senang Jusuf Hamka, Lieus Sungkharisma, Bambang Akuet, Farhat Abbas dan Elsa Syarif akan melaporkan perilaku Steven nanti malam. Sementara, sedemikian banyak ormas dan LSM Tionghoa yang dulu banyak ngomong soal kesetaraan, anti diskriminasi ras, keberagaman dan sebagainya mendadak satiawan di bibir pasca Ahok berkuasa. Ini rezim aneh,” bebenrya pula.

“Semoga semua komponen anak bangsa sadar. Ahok tak pantas jadi gubernur. Mendukung Ahok sama sama saja dengan kasi pedang kepada orang yang tidak bisa menari. Seperti kata Kongzi, “Don’t give a sword to a man who can’t dance“,” harap tokoh Tionghoa muslim ini. (Popi)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.