Prof. Dr. Muladi (ist).
A.Rapiudin
Jakarta- Nasionalisme kultural cenderung menitikberatkan pada identitas nasional yang terbentuk karena tradisi dan bahasa. Bukan dibentuk atas dasar rasa atau keturunan ataupun leluhur yang primordialistik.
Hal itu diungkapkan mantan Gubernur Lemhannas RI Prof Dr Muladi SH saat berbicara sebagai key note speech pada seminar bertema “Nasionalisme Kultural” di Gedung Konvensi Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta, Kamis (4/7). Tampil sebagai pembicara pada seminar tersebut Radhar Pancha Dahana (Budayawan UI), Prof Dr Djoko Suryo (Budawayan UGM), dan Prof Dr Anhar Gonggong (Sejarawan UI).
Muladi menambahkan, hal tersebut cocok dan sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia sebagai masyarakat yang jamak atau ekstra pluralistic, dengan ratusan ikatan primordial yang sepakat untuk membentuk Indonesia atas dasar unsur obyektif.
“Nasionalisme kultural merupakan suatu bentuk nasionalisme dimana bangsa didefinisikan sebagai A Share Cultural, yaitu suatu bangsa yang dibangun atas dasar pengalaman proses budaya yang sama,” terangnya.
Menurut Muladi, nilai-nilai nasionalisme kultural yang yang non primordialistik yang merupakan identitas nasional saat ini, secara konseptual dan agregat menjelma sebagai karakter nasional dan karakter pemerintahan. Ini yang harus disosialisasikan dan dikonsolidasikan mengingat peralihan generasi yang cepat yang sering menggerus kesadaran jiwa dan spirit di antara generasi baru.
“Membangun nasionalisme kultural dalam masyarakat yang primordialistik di tengah-tengah perubahan peradaban tidaklah mudah,” katanya.
Dalam hal ini, lanjut Muladi, navigasi harus dipegang oleh pemimpin memiliki karakter antara lain, setia pada 4 pilar kebangsaan, dapat menjadi kekuatan penggerak demokrasi, mampu berpikir sistemik dan komprehensif, dan selalu taat hukum baik nasional maupun internasional.
Tanpa kepemimpinan yang kuat, kata Muladi, nasionalisme akan tumbuh ke arah yang salah dalam bentuk ‘civic nationalisme’ yang liberal, nasional purity yang primordialistik, nasional territorial yang beroreantasi pada daerah kelahiran, PAN nasionalisme atas dasar kelompok etnik, yang kontraproduktif terhadap karakter nasional dan karakter perubahan.