Jumat, 19 April 24

Mohammad Syakir Sukses Berbisnis Batik

Mohammad Syakir  Sukses Berbisnis Batik

Pekalongan – Usia muda bukanlah halangan bagi seseorang untuk mengembangkan jiwa entrepreneur. Seiring makin berkembangnya zaman tak ayal membuat mudah cara berdagang yang ada pada saat ini, sehingga memunculkan banyak usahawan muda. Salah satu di antaranya adalah Mohammad Syakir. Pemilik Batik Cahkra 9 di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, ini sejak usia remaja sudah menggeluti bidang industri batik.

Mohammad Syakir
Mohammad Syakir

Syakir telah tiga tahun Syakir mengelola bisnis batik. Walaupun masih berusia kepala dua, hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk mencoba berdagang batik. Jebolan dari Fakultas Teknologi dan Informasi Universitas Dian Nuswantoro ini mengungkapkan, ketertarikannya pada batik berawal dari orang tuanya yang juga usahawan batik. “Walaupun orang tua saya mempunyai bisnis batik, mereka tidak serta merta menjadikan saya penerus dari usahanya. Saya merintis usaha batik ini dimulai dari nol, dan sampai sekarang usaha saya terpisah dari industri milik orang tua,” kata Syakir kepada obsessionnews.com  di kediamannya, Senin (29/12/2014) malam.

Yang menarik, motif batik desainnya disesuaikan dengan minat dan selera kalangan muda. Sehingga para remaja seringkali berdatangan untuk membeli batik buatannya. “Motif batik saya buat sendiri, karena saya menyesuaikan dengan selera pasar anak muda. Desain yang saya inginkan sebisa mungkin nyaman dilihat dan tidak terkesan kaku seperti batik pada umumnya,” tuturnya sambil tersenyum.
Oleh karena itu, jangan heran bila rata-rata motif batik yang dijual Syakir berwarna cerah dan tidak terlalu rumit, sehingga cocok dipakai anak muda.

Bukan tanpa halangan seorang Syakir untuk memulai usahanya. Kendala klasik seperti modal dan tenaga kerja menjadi bahan makanan pokoknya sejak awal dia memulai bisnis ini. Lewat kerja keras, kesuksesan pelan-pelan menghampirinya. Kini ia telah mempunyai beberapa toko, dan salah satu tokonya berada di Pasar Grosir Setono Blok IV No. 86 Pekalongan. “Di Pasar Grosir Setono lebih memudahkan dalam menjual batik, karena umumnya banyak pengunjung dari luar kota sering berkunjung ke pasar itu,” katanya menjelaskan.

Konsumennya berasal dari dalam negeri dan mancanegara. Omsetnya mencapai Rp 30 juta per bulan. Syakir mengatakan, konsumennya yang berasal dari Malaysia sering memesan batik dari Pekalongan karena standar mutu dan motifnya yang indah. (Yusuf Isyrin Hanggara)

Related posts