Sabtu, 20 April 24

Menteri Cicip Akui Indonesia Belum Jadi Negara Maritim, Seperti Jepang

Menteri Cicip Akui Indonesia Belum  Jadi Negara Maritim, Seperti Jepang

Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Sharif Cicip Sutarjo mengakui, Indonesia belum dapat dikatakan sebagai negara maritim. Meski hasil laut perikanan tangkap nasional tercatat sebesar 5,8 juta ton. Sementara produksi perikanan justu ditopang perikanan budidaya yakni 13,3 juta ton.

“Di dunia, hasil perikanan budidaya lebih besar ketimbang tangkap. Sementara, hasil perikanan sudah stagnan dan cenderung berkurang populasi karena pemanasan global,” ujar Syarif dalam Indo Aqua 2014 di Jakarta, Selasa (26/8/2014).

Menurut Sharif, Indonesia belum dapat dikatakan sebagai negara maritim disebabkan sumber daya yang dimiliki belumlah memadai. Amerika Serikat dan Uni Eropa misalnya, untuk menjadi negara industri perikanan membutuhkan waktu paling tidak 100 tahun. Sementara, kini penduduknya berprofesi nelayan hanya 5%.

Karenanya, menurut Sharif, produk perikanan Indonesia juga harus memasuki fase industrialisasi. “Kita punya tim percepatan..Jadi harus didukung teknologi yang mampu menunjang tuntutan sebagai negara maritim,” terangnya.

Sharif juga menambahkan, terpenuhi negara maritim itu setidaknya melibatkan sembilan sektor aktivitas usaha diantaranya pariwisata, pelayaran, energi dan sumber daya mineral (ESDM). “Juga seluruh biota laut termasuk energi ombak laut sebagai energi terbarukan,” ujar Sharif

Menurut Sharif, di sejumlah negara eropa, potensi energi terbarukan ombak laut itu sudah digunakan pada mesin pembangkit listriknya. Apabila, Indonesia ingin menjadi negara maritim maka semua sektor itu harus bersama maju.

Negara macam Jepang, Korea Selatan, sampai Thailand sudah mengklaim sebagai negara maritim. Bahkan sektor kelautan telah menyumbang terhadap kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) lebih 40%.

“China saja, produksi perikanan 18 juta ton perikanan tangkap, diperolahnya hingga sampai kutub utara. Sementara, armada tangkap Indonesia sebanyak 490.000 gross ton merupakan kapal ikan dibawah 30 Gross Ton, hanya 5.000 saja yang diatas 30 GT,” terangnya.

Karenanya, menurutnya, untuk menjadi negara mairitim tidak hanya bicara pada ikan dan transportasi yang dapat dikelola dengan baik. Seiring dengan hal itu juga ditopang lingkungan dan sumber daya perikanan yang baik.

Related posts