Kamis, 18 April 24

Mengenang Prof. Azyumardi Azra

Mengenang Prof. Azyumardi Azra
* Pemakaman Prof. Azyumardi Azra, Selasa (20/9/2022). (Foto:  ist)

Oleh: Zainut Tauhid Sa’adi, Wakil Menteri Agama RI

 

Bangsa Indomesia kembali kehilangan putra terbaiknya, seorang yang mendedikasikan sepenuh hidupnya untuk ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Prof. Azyumardi Azra tokoh intelektual muslim paripurna yang memiliki reputasi mendunia, pemikirannya melewati batas dan sekat budaya, agama dan negara. Sehingga beliau bisa diterima oleh semua kalangan dan golongan.

Saya bersyukur pernah menjadi mahasiswanya, setidaknya pernah mengikuti dua semester ketika mengambil program S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat itu beliau menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UIN Jakarta. Kesan saya sebagai mahasiswa, beliau orangnya sangat disiplin, tegas dan kritis. Beliau juga memiliki kemampuan menganalisis masalah yang sangat tajam, sehingga ketika kita tidak memiliki argumentasi yang kuat pasti dibuat kedodoran menjawab semua pertanyaannya.

Saya sangat menikmati cara dan gaya beliau mengajar, tenang, datar, dingin tetapi kritis dan inspiratif. Selain memiliki kedalaman ilmu, beliau juga memiliki perspektif yang sangat luas dalam melihat berbagai masalah. Beliau memiliki pemikiran yang sangat inklusif, moderat, seimbang dan selalu berpijak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Beliau tidak segan memberikan kritik kepada siapa pun yang dinilai mengusik nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Hal tersebut tak lepas dari insting intelektualitasnya yang independen, kritis dan tajam.

Selain sebagai akademisi, beliau juga  seorang aktivis organisasi. Beliau banyak berkecimpung di berbagai organisasi, seperti KAHMI, Muhammadiyah, ICMI, MUI dan masih banyak lagi organisasi lain yang beliau ikuti. Yang menarik meskipun beliau sebagai tokoh Muhammadiyah, tetapi beliau sangat gigih membela NU ketika diserang tentang gagasan mengampanyekan Islam Nusantara.

Beliau mengatakan, Islam di Indonesia merupakan islam yang khas yang memilki karakter istimewa. Islam di Indonesia merupakan islam yang sempurna yang sudah teruji oleh sejarah. Bagaimana Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai mengaantikan agama besar sebelumnya, yaitu Hindu dan Budha.

Bahkan dengan cerdas memberikan definisi Islam Nusantara sebagai berikut ;

“Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya, dan agama di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy’ari, fiqih mazhab Syafi’i, dan tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan toleran. Islam Nusantara yang kaya akan warisan Islam (Islamic legacy) menjadi harapan renaisans peradaban Islam global.”

Hal tersebut meneguhkan prinsip indepensi dan kemerdekaan beliau sebagai intelektual Muslim yang tidak terjebak pada egoisme kelompok yang sempit. Beliau bahkan dengan elegan menawarkan pemikiran baru tentang “Islam Nusantara yang Berkemajuan” sebagai sebuah perkawinan gagasan antara konsep Islam Nusantara yang diusung oleh NU dan Islam Berkemajuan yang diusung oleh Muhammadiyah menjadi role model untuk membangun peradaban Islam di dunia global.

Selain di Muhammadiyah Prof. Azra juga aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebagai cendekiawan Muslim, posisinya di MUI menjadi salah satu pilar penyangga MUI karena sering disebutkan bahwa MUI itu wadah berhimpun para ulama, zu’ama dan cendekiawan Muslim. Tiga pilar tersebut yaitu ulama mewakili masyarakat pesantren, zuama mewakili pemerintahan dan cendekiawan Muslim mewakili masyarakat akademisi. Jadi beliau mewakili para cendekiawan Muslim untuk memperkuat bangunan MUI dalam berkhidmad melayani umat, bangsa dan negara.

Saya menjadi saksi selama Prof. Azra aktif di MUI, beliau sangat gigih mengampanyekan Islam wasathiyah, Islam moderat dan Islam yang anti diskriminasi, perpecahan dan kekerasan.

Prof. Azra menjadi ikon cendekiawan muslim yang selalu menginspirasi dengan pandangan moderat tentang keislaman dan keindonesiaan. Beliau bukan guru biasa, tetapi guru bangsa yang mencintai ilmu, peduli sosial, dan rendah hati.

Bangsa Indonesia merasa kehilangan putra terbaiknya. Tokoh cendekiawan muslim yang senyumnya khas dengan pembawaannya yang kalem dan sederhana itu kini telah meninggalkan kita. Tetapi saya percaya jejak legasinya akan terus dikenang oleh anak bangsa sepanjang masa.

Selamat jalan, Prof. Azra, semoga amal jariahmu mengalir terus dan menerangi jalan menuju tempat keabadianmu di sisi Sang Maha Pemilik segalanya. Aamiin.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.