Kamis, 25 April 24

Mengapa Menolak Kebenaran?

Mengapa Menolak Kebenaran?
* Ilustrasi menolak kebenaran.

Banyak sebab yang menghalangi seseorang untuk menerima kebenaran dan lebih memilih tegar di atas kebatilan. Kebenaran yang dimaksud di sini adalah ilmu yang berdasar kepada al-Quran dan as-Sunnah dengan pemahaman para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Berikut diantara faktor penghalang tersebut. Semoga bermanfaat.

(1). Teman Dekat yang Tidak Baik

Firman-Nya (artinya): “Dan Ingatlah hari ketika orang yang zalim menggigit dua tangannya (karena menyesal), seraya berkata: “Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Quran ketika al-Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.”

(QS. al-Furqon: 27-29)

Karenanya kita harus pandai mencari sahabat, sebab ”Seseorang bisa bergantung kepada agama sahabatnya, maka itu hendaknya anda melihat dengan siapa anda bersahabat.”

(Hadis hasan riwayat Abu Dawud)

(2). Menuruti Hawa Nafsu dengan Mengikuti Pemimpin dan Pembesar yang Jauh dari Kebenaran

Allah Ta’ala berfirman (artinya): “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat pula kepada Rasul”. Dan mereka berkata: “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.”

(QS. al-Ahzab: 66-68)

(3). Taklid Buta kepada Orang Tua dan Nenek Moyang

Allah _Subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”

(QS. al-Baqarah: 170)

(4). Takut Istri dan Godaan Wanita

Bisa jadi, seorang suami nekat korupsi karena dorongan istri. Ia tidak jadi pergi ngaji karena ancaman istri. Ia berani meninggalkan sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena lebih menuruti kemauan istri. Semoga Allah memberi hidayah kepada suami-suami yang seperti ini. Sebagaimana semoga Allah menunjuki para wanita muslimah kepada petunjuk al-Quran dan as-Sunnah.

Hanya kepada Allah semata kita memohon pertolongan.

Demikian pula hendaknya kita berhati-hati dari godaan wanita.

Dibalik kelembutannya tersimpan racun yang amat berbisa, yang dapat membius pemuda perkasa hingga menjadi lemah tak bertenaga, hingga akhirnya ia terbuai gila di bawah dekapan asmara. Banyak realita yang menjadi bukti dari kalimat ini.

(5). Harta, Kedudukan dan Ketenaran

Berhati-hatilah dari ketiga hal ini. Jangan sampai ketiganya menjadikan kita buta dan enggan menerima kebenaran yang datang kepada kita. Dalam berdakwah dahulu, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dijanjikan akan diberikan harta, wanita, tahta dan sebagainya dengan syarat mau berhenti dari dakwahnya itu. Namun, sedikitpun beliau tidak bergeming dan terus lurus mendakwahkan Islam di tengah-tengah kuffar Quraisy. Sebaliknya, tidak ada yang menghalangi Abu Jahal untuk menerima kebenaran melainkan ketenaran dan kedudukannya di tengah kaumnya. Ia mengira dengan tunduk kepada kebenaran maka ia akan menjadi hina.

(6). Kebiasaan Buruk yang Biasa Dilakukan

Bisa jadi kebenaran itu sulit diterima oleh sebab kemaksiatan yang terus dikerjakan. Bisa jadi karena kemaksiatan yang masih dilakukan, maka al-Quran jarang diperhatikan, nasihat bijak tak dipedulikan, teman baik pun disingkirkan, hingga akhirnya ia semakin jauh dari kebenaran dan dari orang-orang yang mengajak kepada kebenaran.

Sejarah menyebutkan bahwa seorang penyair kawakan al-A’sya Maymun pergi ke kota Madinah untuk masuk Islam di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di tengah perjalanan ia bertemu seorang musyrikin. Tatkala orang itu mengetahui tujuan Maymun maka ia berkata:

“Sesungguhnya Muhammad mengharamkan khamer!” –sementara Maymun adalah pecandu khamer–. Ia berkata: ”Yang satu ini aku tidak bisa meninggalkannya, aku akan minum puas selama setahun ini lalu aku akan masuk Islam.” Ia tidak jadi pergi ke Madinah dan memilih untuk kembali ke negerinya. Di tengah perjalanan ia terjatuh dari untanya hingga lehernya terluka dan akhirnya ia meninggal dunia. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.