Jumat, 29 Maret 24

Breaking News
  • No items

Meneropong Pilgub Jatim 2018 (2)

Meneropong Pilgub Jatim 2018 (2)
* Khofifah vs Gus Ipul

KYAI WAR ON PILGUB JATIM (1)
Oleh: Hanif Kristianto (Analis Politik dan Media)

 

Kyai atau ulama’ bagi masyarakat Jawa Timur menjadi panutan. Ketokohannya diakui dari level atas hingga ke akar rumput. Ulama’ sejatinya cahaya bagi kegelapan kehidupan yang jauh dari Islam. Posisinya yang penting di tengah masyarakat, menjadikan kyai target dari komunikasi politik. Jelas tujuannya untuk meraup suara yang dibutuhkan partai politik dan paslon. Selain itu, jumlah massa yang ada di bawah kyai yakni pesantren, kyai, dan jamaah begitu banyak. Gerbong inilah yang sesungguhnya diincar.

Mendadak ziarah ke kyai bagi politisi dan pencari kuasa sudah hal biasa. Karena ini bagian dari komunikasi politik. Istilahnya ‘nuwun sewu’ dan minta restu. Sejujurnya ucapan kyai jauh lebih dipercaya, ketimbang ucapan politisi. Hal ini dikarenakan kyai memiliki pengaruh dan tempat berlabuh umatnya. Lain halnya politisi yang sering tak sesuai dengan harapan rakyat.

Siapapun yang ingin kursi Gubernur Jatim, rasanya tak elok jika dibelakangnya tidak ada kyai dan ulama’. Semenjak Pilgub langsung di Jatim, Pakde Karwo telah memasang iklan besar-besar dengan sejumlah kyai terkenal. Lantas, siapa saja kyai yang didekati pada Pilgub Jatim 2018? Menarik untuk mencermati dinamika komunikasi politik dan sikap kyai yang mendukung paslon pilgub 2018. Siapakah di belakang Khofifah-Emil dan Gus Ipul-Puti?

Kyai di Belakang Khofifah

Ahad 15 Oktober 2017 pertemuan sejumlah kyai diadakan di Tebuireng, Jombang. Juru bicara, KH Asep Saifudin Chalim menuturkan alasan para kyai mendukung Khofifah. Alasannya,

Pertama, kyai mempunyai tanggung jawab terwujudnya tatanan kehidupan luhur. Sesungguhnya Allah menitipkan bumi ini pada hamba-hamba-Nya yang salih.

Kedua, Khofifah dianggap memenuhi empat kriteria seorang pemimpin semisal Rasulullah SAW. Empat sifat itu shidiq (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan gagasan), fatonah (cerdas), dan amanah (tanggung jawab).

Ketiga, pengalaman Khofifah baik dalam bidang keagamaan, sosial, politik, dan pemerintahan di tingkat nasional dan internasional. Kapasitas dan kapabilitasnya dianggap mumpuni.

Selain ulama 9 yang dipelopori KH Solahudin Wahid (Tebuireng Jombang) dan KH Asep Saifudin C (Amanatul Ummah), ada juga sejumlah kyai yang mendukung. Dari ujung timur Jatim, Banyuwangi, pengasuh Ponpes Mansyaul Huda KH Suyuti Toha, Ponpes Darussalam KH Hisyam Syafaat, tokoh muda NU, dan Gus Yunus Wakil Bupati 2005-2010.

Selanjutnya, Aliansi Santri Pengasuh Pesantren dan Ekonomi dan Kyai (ASPEK) Madura sejak September 2017 sudah mendklarasikan dukung Khofifah. Forum Santri Pemuda Tapal Kuda (Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi) pun siap mendukung Khofifah.

Ada hal unik dari Sahabat Khofifah yang dideklarasikan pada Ahad (12/11/2017) di Surabaya. Relawan ini memiliki dua tugas utama, yaitu memenangkan Khofifah dan sosialisasi “wajib ‘ain” bagi muslim Jatim dukung Khofifah.

Catatan

Gerbong kyai yang mendukung Khofifah-Emil bisa dilatarbelakangi beberapa hal:

Pertama, sosok Khofifah yang juga masih bagian dari NU menjadi poin penting. Kyai yang mendukungnya menginginkan ada pengganti baru Pakde Karwo yang lebih dari sebelumnya. Keberadaan Khofifah menjadi getting voter tersendiri di tengah ragam isu.

Kedua, deklarasi yang dilakukan di Jombang dan dimotori Tebuireng menjadi sinyal bagi kyai lain. Pasalnya, Jombang menjadi baromenter dalam keputusan ulama’. Toh, Mukatamar NU juga dilakukan di Jombang. Meski hasil Muktamar terpecah. Bisa jadi, ketidakridhaan dukungan Kyai kepada paslon lain karena masih terbawa hasil Muktamar NU Jombang. Apalagi di belakang deklarasi itu ada KH Solahuddin Wahid.

Ketiga, kyai yakin dengan sosok perempuan menjadi lumbung meraih suara. Yang jelas kyai masih bermain di depan kontestasi pilgub. Kyai belum masuk pada apa dan siapa sesungguhnya yang dibelakang Khofifah-Emil

Pada akhirnya hal yang paling penting yaitu umat ini harus dicerdaskan secara politik. Jangan sampai gerbong umat disiasiakan tenaganya demi kepentingan politik yang pragmatis dan penuh intrik.  (Bersambung)

 

Baca Juga: 

Meneropong Pilgub Jatim 2018 (1)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.