Kamis, 25 April 24

Menebak Arah ISIS Pasca Hancurnya Kekhalifahan Abu Bakar al-Baghdadi

Menebak Arah ISIS Pasca Hancurnya Kekhalifahan Abu Bakar al-Baghdadi
* Pasukan ISIS. (Foto: Medsos)

Jakarta, Obsessionnews.com – Serangan milisi Kurdi ke basis terakhir pertahanan ISIS di kota kecil Baghouz al-Fawaqani di tepi Sungai Eufrat menjadi pertanda akan hancurnya Kekhilafahan ala kelompok radikal yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi. Tanah yang dikuasai organisasi ekstremis itu kini tinggal secuil dari peta besar wilayah Irak dan Suriah yang dahulu menjadi basis kekuasaan mereka.

Menyikapi keruntuhan Kekhilafahan Abu Bakar al-Baghdadi, The Islah Center, lembaga yang konsen dalam masalah terorisme merasa mengungkapkan beberapa konsekuensi dari kehancuran kekhilafahan kelompok radikal bentukan mantan pemimpin Jamaat Jaysh Ahl al-Sunnah wa-l-Jamaah (JJASJ).

Mujahidin Nur, Direktur The Islah Center mengatakan, kehancuranhan Abu Bakar al-Baghdadi akan menyisakan banyak masalah besar bagi dunia khususnya dunia Islam. Sejumlah 110 negara di dunia yang masyarakatnya terlibat menjadi anggota dari kelompok teror ISIS atau biasa disebut FTF (foreign fighters) berjumlah jumlah 41.490 Foreign Fighters, dengan rincian 32.809 laki-laki, 4.761 perempuan dan 4.640 anak-anak.

Dari jumlah 41.490 FTF, 18.852 datang dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara, 7.252 dari Eropa Timur, 5965 dari negara-negara Asia Tengah, 5904 dari Eropa Barat, 1010 dari Asia Timur, Asia Tenggara 1063, dari Amerika 753 Australia dan New Zealand, 447 souther Asia, 244 sub-saharan Afrika.

“Gelombang pertama FTF datang ke Irak pada tahun 2003 sebelum perang sipil di Suriah, paska tumbangnya rezim Saddam Hussein. FTF yang datang ke Irak kala itu karena ingin bergabung bersama AQI (al-Qaeda in Irak) pimpinan Abu Musab al-Zarqawi teman dekat Abu Bakar al-Baghdadi, mereka berusaha melakukan perlawanan dan mengusir pendudukan Amerika di Irak. Kombatan-kombatan AQI inilah yang kemudian memproklamirkan berdirinya ISIS di kemudian hari,” ungkapnya di Jakarta, Senin (11/3/2019).

Mujahidin Nur

Sedangkan gelombang kedua, menurut Mujahidin, merupakan gelobang paling massif kedatangan FTF terjadi ketika terjadi Arab Spring, musim semi di Arab yang melanda Suriah. Perang saudara terjadi ketika masyarakat Suriah yang mayoritas muslim ingin menumbangkan rezim Bassar al-Asad yang merupakan penganut Syiah Alawiyah.

Permasalahan pertama yang dihadapi negara-negara di dunia pasca kehancuran kekhilafahan sepihak besutan Abu Bakar al-Baghdadi, jelas Mujahidin, adalah perdebatan sekitar FTF yang saat ini menjadi tawanan dan ingin kembali ke negara masing-masing. Hampir semua negara-negara di dunia kebingungan bagaimana memperlakukan warga mereka yang sudah bergabung bersama ISIS dan saat ini menjadi tawanan di Suriah.

Hal itu dikarenakan beberapa hal; Pertama bahaya laten terorisme yang akan mengancam negara bersangkutan apabila memulangkan pengikut ISIS atau mengekstradisi mereka, Kedua, di hampir semua negara belum adanya payung hukum (UU Terorisme) untuk menjerat mereka yang bergabung dengan kelompok teror internasional seperti ISIS.

“Indonesia sebagai negara yang ratusan warganya bergabung menjadi FTF bersama ISIS pun akan mengalami kondisi dilematis. Pada satu sisi sesuai dengan amanah konstitusi negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan kepada warganya. Namun pada sisi yang lain, mengekstradisi mereka (militan ISIS) tentu akan menjadi masalah besar bagi penanganan terorisme di Indonesia ke depan; mereka terlatih di medan perang, mempunyai jaringan internasional yang kuat, dan tidak kalah membahayakan, mereka sudah terpapar ideologi ISIS yang terkenal kejam,” tegasnya.

Permasalahan kedua, bagi dunia Islam, FTF yang masih tersisa di medan perang menurut pengamatan The Islah Center, mereka akan mencari jalan keluar untuk menyelamatkan diri mereka;

Pertama, mereka akan bergabung dengan al-Qaeda, kedua, mereka akan berusaha untuk menyeberang ke wilayah ISIS yang masih hidup utamanya di negara-negara yang dilanda konflik baik itu di Yaman IS-AP (IS-Aden Province) dan IS-HP (IS-Hadramaut Province), di Libya IS-FP (IS – Fezan Province), IS-TP (IS-Tripolitania Province) dan IS-CP (IS – Cyrenaica Province), di Afghanistan ada IS-KP (IS-Khurasan Province) atau ke semenanjung Sinai Mesir IS-SP (IS- Sinai Province).

“Artinya, negara-negara tersebut akan mendapatkan ancaman terorisme dengan migrasinya FTF ke negara-negara mereka,” pungkas Mujahidin Nur. (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.