Sabtu, 20 April 24

Menanti Kiprah Dwi Soetjipto Jadikan Pertamina Kelas Dunia

Menanti Kiprah Dwi Soetjipto Jadikan Pertamina Kelas Dunia


Jakarta-
Presiden Jokowi sudah melantik, Dwi Soetjipto jadi orang nomer satu di BUMN berasset terbesar di Indonesia, Pertamina. Sanggupkan mantan Dirut Semen Indonesia itu, jadikan Pertamina setara dengan Petronas? BUMN Malaysia itu miliki asset 4 kali lipat Pertamina!

Meski lebih senior, PT Pertamina (Persero) telah kalah jauh dibandingkan BUMN minyak milik Malaysia, Petronas.

Lalu kapan Indonesia bisa sejajar dengan Petronas? Dalam Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Pertamina, perusahaan mencanangkan bisa bersaing di tingkat regional pada 2018. Pada tahun itu, Pertamina bisa sekelas Petronas dan sejumlah perusahaan minyak besar di Asia Tenggara.

Namun, sebelum itu, Pertamina kali pertama menargetkan mengalahkan Chevron Indonesia pada 2013. Chevron saat ini menjadi perusahaan nomor satu penyumbang minyak di Indonesia dengan produksi 490 ribu barel setara minyak per hari (mboepd). Pertamina terus menggenjot agar produksi minyak meningkat dari 350 mboepd saat ini menjadi 517 mboepd pada 2013.

Lalu, setelah menyalip Chevron dan Petronas, pada 2023 Pertamina akan menjadi perusahaan kelas dunia, setidaknya dengan peringkat 15 besar. Pada posisi ini, Pertamina akan sejajar dengan Statoil, perusahaan energi asal Norwegia dan ExxonMobil, raksasa dari Amerika Serikat.

Sebagai gambaran saja, pada 2015 nanti, pendapatan Pertamina akan meningkat menjadi Rp705 triliun dengan laba bersih Rp34 triliun. Kinerja ini melonjak bila dibandingkan 2010 yang hanya membukukan penjualan Rp355 triliun dan laba Rp16,8 triliun.

Indikator lain, produksi minyak pada 2015 akan naik hampir dua kali lipat menjadi 776 mboepd, sedangkan tahun ini hanya 443,79 mboepd.

Berapa laba bersih Petronas?

Laba bersih Petronas bisa mencapai US$ 20 miliar. Dibandingkan dengan gabungan laba 138 BUMN Indonesia saat ini, Petronas masih belum tertandingi.

“Petronas untung US$ 20 miliar. Untung Petronas jika dibandingkan dengan 138 BUMN yang untungnya US$ 13,5 milar, kita masih kalah. Satu BUMN Malaysia untungnya lebih tinggi dari 138 BUMN Indonesia,” tegas mantan Menneg BUMN Tanri Abeng, beberapa waktu lalu.

Keunggulan Petronas, lanjut Tanri, bukan tanpa alasan. Pemerintah Malaysia memberi kebebasan BUMN-nya di dalam menjalankan aksi korporasi global. Wajar saja, perusahaan sekelas Petronas berani dan bisa beroperasi di puluhan negara.

Langkah seperti ini relatif sulit dilakukan oleh BUMN Indonesia. Tanri menilai jika perusahaan pelat merah beroperasi dan berinvestasi di luar pasti pada tahun pertama akan merugi. Secara bisnis hal itu wajar, namun bisa saja dianggap kerugian negara dan menimbulkan konsekuensi hukum.

“Kenapa petronas ada 32 negara? Bisnis masuk teritori 1-2 tahun pasti rugi. Dalam bisnis itu wajar. Tapi masak rugi 1 tahun pertama bisa masuk penjara?” jelasnya.

Oleh karena itu, Tanri menilai para petinggi BUMN perlu diberi kebebasan dalam mengambil aksi korporasi selama masih dalam koridor kepatuhan hukum. Dengan kekebasan tersebut, BUMN Indonesia bisa berkiprah di level dunia.

dirut pertamina`


Gebrakan Dwi

Sebagai orang nomor satu di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berasset terbesar di Tanah Air, Dwi Soetjipto mempunyai tiga program prioritas kerja untuk memajukannya.

Dalam waktu singkat, Dwi akan mengkaji bisnis Pertamina sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan tiga fokus utama, meningkatkan nilai tambah, efisiensi dan produktivitas, serta transparansi.

“”Yang penting bagaimana Pertamina bisa berkontribusi di dalam upaya kemandirian ekonomi bangsa ini. Artinya kedepan kira harus memikirkan agar added value dibangun oleh Pertamina di dalam negeri,” kata Dwi usai acara Pertamina Eco Run Jakarta, Minggu (30/11/2014).

Ia menekankan, peningkatan nilai tambah tersebut akan dimulai dengan mengkaji seluruh bisnis yang dijalankan Pertamina. Untuk langkah-langkah efisiensi dan produktifitas, lanjut Dwi, pihaknya akan memastikan proses efisiensi dalam seluruh lini bisnis, serta peningkatan produktifitas di dalam proses-proses kerja dari seluruh lini usaha Pertamina.

“Kami mengharapkan langkah efisiensi dan produktifitas tersebut terutama adalah meningkatkan kinerja Pertamina, dan mudah-mudahan bisa bersaing dalam kancah global. Bagaimanapun kita tidak bisa menghindari persaingan global. Jadi siapa yang memiliki daya saing ke depan, maka dialah yang akan bisa memenangkan jangka panjang. Kunci utamanya adalah pada efisiensi dan produktivitas,” ujar Dwi.

Dwi menambahkan, hal terpenting dan merupakan tugas khusus dari Presiden adalah meningkatkan proses transparansi di sektor bisnis migas. “Bapak Presiden menginginkan pentingnya tranparansi di dalam bisnis di Pertamina agar seluruh pihak yang berkepentingan di dalam pengelolaan energi ini bisa melihat bagaimana prospek bisnisnya ke depan, dengan menjunjung tinggi aspek efisiensi dan produktivitas,” terang dia.

Tambahan Direksi

Selain Dwi, sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno juga melantik tiga direksi di bawahnya, Ahmad Bambang, Yeni Handayani, dan Arif Budiman yang berasal dari internal Pertamina. Sementara pimpinan BUMN lainnya dan satu direktur lagi berasal dari perusahaan swasta.

Susunan ini diharapkan mampu menjalankan reformasi birokrasi namun tetap melanjutkan dan mengembangkan hal-hal posiif yang sudah ada di Pertamina. “Pemerintah memberikan kesempatan bagi yang 4 ini untuk melakukan review, dan nanti mengusulkan berapa kebutuhannya. Dalam review kami berempat, memang membutuhkan tambahan,” tutur Dwi.

Kendati kemungkinan terdapat tambahan, Dwi menegaskan, jajaran direksi Pertamina tidak akan mencapai 9 orang. Dia memperkirakan ada tambahan 3 orang lagi, sehingga nantinya direksi Pertamina akan menjadi 7 orang.

“Tidak sebanyak yang dulu ada 9. Mungkin kita akan usulkan 3 orang lagi. Ini kita akan tunjukkan ke semua karyawan bahwa kita efisien,” pungkasnya.

Jadi, kita tunggu saja, semoga dibawah nahkoda Dwi, Pertamina bisa terus menggunung keuntungan dan kinerjanya. Amien.

Related posts