Kamis, 25 April 24

Menampar Muka Partai Politik

Menampar Muka Partai Politik
* ilustrasi topeng. (FOTO: wikipedia.org)

Oleh: Nasrudin Joha, Penulis/Pengamat Sosial Politik

 

Allah SWT telah membongkar aib dan menyingkap hakikat politik yang diperjuangkan para politisi di negeri ini. Politik bukanlah cara untuk mengurus (riayah) dan mengatur urusan umat agar tercapai apa yang menjadi kebutuhan dan kemaslahatannya. Politik yang di praktikan adalah sekedar cara untuk meraih kekuasaan, mengumpulkan harta melalui kekuasaan yang diperoleh, dan ikhtiar keras dengan kekuatan penuh dan niat sungguh-sungguh untuk terus mempertahankan kekuasaan dan jabatannya.

Jadi sebaiknya umat melupakan jargon-jargon politik “Partai Wong Cilik, Suara Partai Suara Rakyat, Bersatu Untuk Maju, Cinta Kerja & Harmoni, Partai Rumah Besar Umat Islam, Perjuangan Untuk Restorasi Indonesia, Gerakan Muda Indonesia, Suara Hati Nurani Umat, Partai Kebangkitan Ulama dan Umat Indonesia”, serta sederet jargon menipu lainnya.

Bagaimana mungkin disebut partai wong cilik, saat rakyat menjerit harga kebutuhan pokok melangit, saat rakyat kesulitan memenuhi hajat hidupnya, elit partai justru menyetujui pencabutan subsidi untuk rakyat, presiden dari partainya justru “hajatan dengan berpesta pora” memamerkan kegelamoran dan mengiris relung jiwa seluruh rakyat.

Omong kosong suara partai suara rakyat, saat rakyat emoh dengan kekuasaan dzalim, saat rakyat terdzalimi dengan Perppu dzalim, suara partai justru berhimpun dengan koalisi kedzaliman dan mendukung Perppu ormas. Pimpinan Partai bahkan mengucap “Alhamdulillah” saat Perppu dzalim di sahkan.

Congkak dan selalu menyesakkan dada, jika partai berbintang mercy tetapi berpolitik gaya supir angkot. Tidak jelas arah tujuan, semua penumpang semua kepentingan diangkut. Yang penting bisa kejar setoran, slogannya bersatu untuk maju, ternyata bersatu untuk khianat. Partai yang awalnya menolak Perppu ormas, di injuri time justru Pasang badan mendukung Perppu, setelah itu berbusa-busa mengkritik Perppu dzalim dan bermanuver ajukan revisi. Munafik !

Ada juga yang sok puitis, terlalu melankolis, mengumbar aksara “Cinta, Kerja & Harmoni”. Kadernya sigap dan semangat kampanye tolak partai Penista agama, eh elit partai justru di Pilkada Jatim berkoalisi dengan partai Penista agama. Mungkin itu yang dimaksud harmoni, tetap berkoalisi agar dapat tetap bekerja, agar tetap dekat dengan cinta dunia! Takut mati !

Klaimnya partai rumah besar umat Islam, tapi kelakuannya rumah besar para Penista agama. Di Pilkada DKI Jakarta keukeuh bela Penista agama, di Sumatera utara keukeuh bela dan usung paslon kombinasi kafir. Rumah besar siapa kalau begini ?

Ah, ini kumpulan anak-anak muda putus sekolah, tidak punya pekerjaan. Mencoba cari pekerjaan di dunia politik. Partai karbitan, cuma jualan gaya anak muda, memang pengalaman partai anak muda apa? Nihil prestasi banyak cakap !

Ada yang berapi-api meneriakan restorasi Indonesia, suaranya lantang, mulutnya menganga lebar mengeluarkan agitasi sosial membangkitkan gairah untuk merestorasi Indonesia. Faktanya ? Restorasi China ! Yang bangkit dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik, melalui restorasi ini justru warga negara Tiongkok yang berbondong-bondong menyesaki negeri ini.

Ada yang menyebut partai kebangkitan, partainya ulama, tetapi ketika ulama dan pengajian di persekusi justru mingkem. Underbow ormasnya malah acap kali menjadi Bungker bagi para Penista agama dan ulama, Piye Jal ?

Coba saja tengok di gelaran Pilkada 2018 tahun ini, koalisi yang dibangun tidak ada satupun yang berdasar dan berangkat dari ideologi dan visi partai yang jelas. Koalisi dibangun berdasarkan syahwat & berahi politik sesaat. Hanya untuk sampai pada ejakulasi kekuasaan !

Koalisi ibarat memakai jasa WTS, bisa gonta-ganti, sesuai syahwat dan kepentingan. Menjijikkan !

Di satu daerah, dua partai mesra dan saling berpelukan, di daerah lain partai ini saling hujat dan cakar-cakaran. Di satu daeraah partai mengusung jargon “anti partai Penista agama” di daerah lainnya mengusung visi “demi kemaslahatan bersama”. Ah, omong kosong semuanya ! Pelacur politik semuanya!

Lantas bagaimana dengan Umat Islam ? Apakah kalian ridlo dipimpin para pelacur-pelacur politik ? Dan apakah kalian ridlo diatur dengan hukum thogut yang diusung sistem demokrasi ?

Wahai umat Islam, menyedihkan sekali nasib kalian ini. Kalian sering dikhianati, tetapi kalian terus saja Istiqomah mendukung demokrasi. Kalian paham demokrasi Sunnah Yunani, bukan Sunnah Rasul, tetapi kalian terus saja mencari dalih untuk membenarkannya. Apakah kalian akan terus-terusan talfik?

Seharusnya yang kalian lakukan adalah kalian tampar semua partai politik, kalian hakimi dan vonis sesat kepada demokrasi, kalian jauhkan umat dari berhala demokrasi, demokrasi telah menuhankan akal dan menjauhkan manusia dari penghambaan sejati : menghamba hanya kepada Allah SWT.

Lantas, apakah kalian masih akan menabur bedak pada wajah bopeng demokrasi ? Bukankah saatnya kalian mencakar muka demokrasi, menjambak dan melemparkannya ke keranjang sampah peradaban ?

Kalian ini ! Apakah tidak rindu segera diatur dengan syariat Allah SWT ? Apakah tidak terang di benak kalian jalan yang Sahih menuju kebangkitan hakiki ? Apakah kalian masih ragu dengan nubuwah kembalinya Khilafah ‘ala minhajin nubuwah?

Apakah kalian fikir nubuwah Khilafah bisa tegak melalui sistem thogut demokrasi ? Apakah demokrasi -yang berasal dari Yahudi ini- kalian lebih imani, ketimbang methode dakwah yang telah dicontohkan nabi SAW?

Wahai umat, sesungguhnya Allah SWT punya wewenang untuk menyegerakan pertolongan-Nya, dengan syarat : umat taat kepada syariatnya. Segeralah ! Tinggalkan sistem demokrasi dan beralih-lah pada thariqoh dakwah Nabi! (***)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.