
Jakarta- Kerukunan antarumat beragama harus terus dijaga agar tidak mudah timbul gesekan. Karena itu, jika muncul persoalan perbedaan pandangan dan persoalan lainnya yang bisa mengganggu kerukunan antarumat beragama tidak dikipasi atau dipanas-panasi sehingga suasana yang sudah baik dapat terpelihara secara berkelanjutan.
Permintaan tersebut disampaikan Menteri Agama Suryadharma Ali saat menjelaskan seputar kehidupan kerukunan beragama di Indonesia di Jakarta, Selasa (9/7).
Menurut Menag, pihaknya kecewa ketika ada pihak-pihak yang ingin membesarkan persoalan kehidupan beragama di Indonesia. Padahal, kehidupan antaraumat beragama di Indonesia sudah cukup baik. Setidaknya, hal itu sering disampaikan para pejabat negara lain ketika datang ke Indonesia.
Bahkan, mengutip pernyataan mantan Presiden Polandia Lech Walesa, Menag mengatakan, Barat harus belajar dari Indonesia bagaimana menciptakan kerukunan beragama. Menurut Walesa yang disampaikan pada Forum Presidential Lecture, beberapa waktu lalu, kerukunan antarumat beragama tidak saja menjadi perhatian nasional sebuah negara tetapi juga dunia internasional.
Sementara itu, Sekjen Kemenag Bahrul Hayat mengatakan, kerukunan adalah suatu kondisi hubungan antarumat yang saling menerima dan menghargai dalam wilayah NKRI. Indikator kerukunan bisa dilihat pada adakah sikap menerima, saling menghormati, kerja sama dalam tindakan nyata.
Menurut Bahrul, kalau ada kasus terkait rumah ibadah, hal itu bukan mewakili keseluruhan kerukunan umat beragama. Soal kepercayaan tetap diwadahi dan diurus oleh Kemendikbud. Di sana ada aliran kepercayaan. Hak-hak sipil yang belum dilayani tetap diupayakan untuk diselesaikan.
“Hal ini memang masih dibahas terus antar kementerian dan diharapkan dapat dituangkan dalam Ini harus Rancangan Undang-Undang Kerukunan Antarumat. Termasuk layanan pernikahan dan identitas kependudukan,” terangnya.