Rabu, 24 April 24

Membaca dengan Jernih Adu Domba NU vs HTI

Membaca dengan Jernih Adu Domba NU vs HTI

Oleh: Hasyim Bisri (Direktur Centra Politica)

Geger demo anti Khilafah di beberapa titik kota terkait agenda Muktamar yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di berbagai kota menyedot perhatian, secara khusus di Jatim menjadi hidangan menarik bagi warta lokal maupun nasional untuk mem-blow up. Kesan umumnya: HTI sedang di-bully habis-habisan oleh pihak Nahdlatul Ulama (NU). Semakin gencarnya berita NU melakukan perlawanan dan membendung kelompok HTI, penulis menengarai ada pihak ketiga yang nyaman melancarkan serangan dengan membuat berita-berita adu domba dan merusak nama NU dengan mendompleng nama NU. Maka penulis menyarankan agar masyarakat dan pihak-pihak yang terhasut, jangan sampai terjebak mengambil keputusan.

Penulis menilai agitasi, propaganda, desas-desus, bahkan fitnah sengaja diciptakan pihak tertentu untuk menyemai permusuhan di antara kelompok tersebut. Ukhuwah tak ingin lagi terjalin. Yang ada salah satu kelompok –tentunya yang sudah terhasut oleh user- semakin getol menyerang kelompok HTI guna memprovokasi mereka agar HTI dibubarkan.

Bahkan secara irasional membuat tuduhan imajiner bahwa kelompok HTI membahayakan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara (Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan kebinekaan). Dan konsepsi inilah yang diadopsi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan disosialisasikan dalam berbagai kesempatan dengan objek masyarakat luas.

Hal ini senada dengan Cheril Benard mengemukakan, bahwa salah satu cara untuk membendung persatuan kaum Muslim adalah dengan membuat perbedaan yang sangat jauh antara kelompok tradisional dengan kelompok fundamentalis. Langkah-langkah ini sengaja dicipatkan sebagai bagian dari langkah Barat, khususnya Amerika dalam perangnya yang sifatnya ideologis.

Berbagai opini negatif (stigma) sengaja diembuskan sebagai bagian dari skenario War On Terorisme yang digaungkan sejak masa Presiden George W. Bush dengan tujuan akhirnya menyerang Islam. Banyak pula peneliti yang getol menggiring opini masyarakat agar memberi pencitraan negatif terhadap gerakan Islam.

Barat pun terus melemahkan spirit kaum Muslim dalam memperjuangkan syariah Islam dengan cara menciptakan istilah-istilah seperti kelompok tradisional, kelompok fundamentalis, kelompok modernis, serta kelompok sekuler. Politik devide et impera (adu domba) digunakan sebagai cara untuk membenturkan antara umat Islam yang satu dengan yang lainnya.

Dalam konteks umat Islam di Indonesia, upaya adu domba itu tampak jelas, misalnya, dari upaya membenturkan NU yang dinilai sebagai representasi kelompok tradisionalis dan Muhammadiyah yang dianggap sebagai representasi kelompok modernis dengan kelompok seperti HTI yang dianggap sebagai kelompok fundamentalis.

Memang pada awalnya penulis menuding bahwa HTI gerakan makar yang harus diberedel keberadaannya. Hingga penulis membentuk timsus investigasi. Hasilnya, tim menemukan kebenaran HTI memang serius membangun khilafah dan membongkar status-quo hegemoni kapitalisme yang menurut mereka mengakar kuat dari hulu ke hilir. Nah ini dia, penulis mencurigai proyek khilafah just brand of bussines HTI untuk mengeruhkan NKRI awalnya.

Tak puas dengan hasil investigasi, penulis beberapa kali berdebat dan berdialog dengan salah satu pimpinannya. Entry point-nya setelah mendengar penjelasannya yang komperehensif tentang HTI, konsep Islam politik, dan strateginya mengantarkan kesimpulan bahwa saat ini tidak ada kelompok yang lebih nasionalis daripada HTI sendiri. Konsep dan semangat nasionalismenya kuat. Di berbagai media-media HTI sendiri, penulis menilai bahasa-bahasa perlawanan anti kapitalisme dan semangat membela SDA dan martabat negeri ini, akan mudah membakar semangat anak-anak muda.

Sialnya, konsep khilafah HTI masih kurang nyaring dan asing di telinga masyarakat tradisionalis. Penulis menduga kuat ini satu celah besar bagi pihak intelijen Barat lewat tangan-tangannya untuk menusuk HTI dengan format adu domba dengan ormas terbesar, tidak lain adalah pihak NU.

Soal usaha adu domba antarkelompok Islam bukanlah isapan jempol. Perhatikanlah dokumen yang dikeluarkan oleh Rand Corporation – sebuah lembaga think-tank neo-konservatif AS. Dalam rekomendasi Rand Corporation berjudul Civil Democratic Silam, Parters, Resources, And Strategies yang ditulis Cheryl Benard, diungkap secara detil upaya untuk memecah-belah umat Islam.

Tulisan ini layak dipertimbangkan, hendaknya membuat kita berhati-hati dalam bersikap. Umat Islam harus hati-hati dan jangan mau untuk diadu domba, saling menyalahkan dan saling menghujat dengan politik murahan seperti ini karena inilah yang diharapkan pihak Barat agar umat Islam berpecah belah, tenggelam dalam civil war sehingga kekuatannya menjadi lemah dan akhirnya kalah. (***)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.