
Jakarta, Obsessionnews – Mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, La Ode Ida menyerukan agar para politisi harus mempertontonkan peradaban politik yang tinggi dan santun, tidak menggunakan cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
“Ini bangsa yang beradab, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dengan fondasi nilai-nilai ajaran agama yang hakiki seperti terdapat dalam sila pertama Pancasila,” kata La Ode Ida dalam pernyataannya melalui Obsessionnews.com, Rabu (11/3/2015).
Peringatan ini, lanjut La Ode, perlu disampaikan ke publik dan semua politisi, karena mencermati perkembangan konflik di internal partai politik khususnya Golkar, telah terjadi peristiwa yang mengarah pada aksi kekerasan fisik di antara sebagian aktornya.
“Ali Mochtar Ngabalin, misalnya, tiba-tiba kena pukul saat ikuti rapat Golkar kubu ARB di hotel Sahid Jakarta, yang ditengari penyebabnya terkait degan dualisme dalam kepemimpinan Golkar saat ini. Padahal , mereka oleh UU yang berlaku, merupakan kader bangsa yang dipersiapkan untuk jadi pemimpin di negeri ini,” paparnya.
La Ode mengingatkan, pemimpin haruslah mengedepankan cara-cara santun dalam berprilaku, tegar dalam menghadapi masalah, dan yang terlebih harus mandiri, matang dan memiliki kemampuan dalam menyelesaikan maslah internal partainya.
“Bagaimana mungkin bisa menyelesaikan masalah di masyarakat luas jika dalam skala kecil parpol sendiri tak mampu diselesaikan. Bagaimana mungkin bisa jadi contoh pemimpin berperadaban jika yang digunakan adalah cara-cara kekerasan,” tutur Ketua Umum Presidium Perhimpunan Indonesia Timur ini.
Ia pun menyarankan, para aktor politisi harus bisa menggunakan cara-cara komunikasi yang baik, tidak emosional apalagi bersifat memancing kemarahan pihak lawan debat. “Karena latar belakang tiap figur pun berbeda-beda, di mana politisi harus bisa menempatkan diri secara tepat dalam semua situasi itu,” tegasnya.
“Ali Mochtar Ngabalin, pada saat berkomunikasi dengan Yorrys Raweyai misalnya, tentu harusnya sudah memahami karakter masing-masing, apalagi sama-sama dari tanah Papua. Pada saat yang sama, siapa pun dia, politisi harus tak boleh cepat naik pitam sehingga harus mempertontonkan sikap tak terpuji di satu pihak dan atau sebaliknya langsung menunjukkan gairah kekerasan,” bebernya.
“Di sinilah sebagai mantan pimpinan DPD yang represntasikan wilayah Timur dan sekaligus Ketua Umum Presidium Perhimpunan Indonesia Timur, saya merasa merasa prihatin,” uajr La Ode. (Asma)