
Cianjur, Obsessionnews – Musisi yang juga aktivis lingkungan, Melanie Subono, ikut terlibat aktif dalam kegiatan “Ngaruwat Bumi 2015” di kaki Gunung Geulis, Rabu (29/4). Kegiatan digelar dalam rangka memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April setiap tahun.
Tahun ini peringatan Hari Bumi 2015 dilakukan di Kampung Tunggilis, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kegiatan dihadiri Dirjen BP DAS dan Perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Hilman Nugroho, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP), Herry Subgiadi, serta Wakil Bupati Cianjur, Suranto.

“Ngaruwat Bumi” diekspresikan dalam bentuk program penanaman pohon di areal yang selama ini dijadikan lahan pertanian oleh penduduk setempat. Model programnya, donatur melakukan adopsi pohon sebesar Rp100.000/pohon. Selanjutnya, dana itu dimanfaatkan untuk pemberdayaan masyarakat agar tak lagi bertani di areal yang masuk wilayah TNGP.
Sebagai imbal balik, masyarakat sekitar yang tergabung dalam kelompok tani, bertanggung jawab merawat pohon-pohon yang sudah ditanam. Tercatat ada sebanyak 2310 bibit tanaman non endemik yang disumbangkan berbagai pihak pihak dalam kegiatan itu. Antara lain dari program CSR Bank BRI, Bank BNI, Astra Internasional, dan donasi dari kelompok pecinta alam Pataga Indonesia. Acara ini juga bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-16 Kantor Berita Radio (KBR) 68H yang menginisiasi program reforestasi berbasis pemberdayaan sosial ini.
Sebelum menyambangi lokasi penanaman pohon, diadakan diskusi “Bincang Hutan” yang menyoroti tema partisipasi warga dalam ikut merawat dan mengonservasi hutan, dengan mengambil contoh keberhasilan program serupa di Kampung Sarongge, tak jauh dari lokasi reforestasi, masih di Desa Ciputri.

Dalam diskusi, Hilman Nugroho mengajak semua warga masyarakat, khususnya para petani penggarap sekitar TNGP untuk senantiasa merawat serta memelihara fungsi hutan, mengingat semakin menipisnya lahan hutan akibat berbagai kepentingan oknum yang tidak bertanggung jawab. Melanie yang menjadi salah satu nara sumber, terlihat keras meneriakkan “kemarahannya” terhadap kondisi hutan-hutan Indonesia yang rusak akibat aktivitas manusia dan perusahaan.
Kepedulian terhadap mulai menipisnya lahan hutan lindung di sekitar TNGP pula yang melatarbelakangi Pataga Indonesia untuk ikut mendonasikan bibit pohon, dan terlibat aktif dalam prosesi penanaman bibit. Menurut salah satu aktivis Pataga Indonesia, Paulus Abdul Harris Manuari Siregar, kelompoknya terlibat dalam aksi reforestasi ini, karena merasa prihatin terhadap kawasan TNGP yang selama ini menjadi “habitat” mereka dalam melakukan aktivitas kegiatanb alam bebas, seperti pendakian gunung.

“Selama ini kami banyak melakukan pendakian gunung dan kegiatan alam bebas di berbagai tempat. Namun kegiatan seperti ini masih belum banyak dilakukan. Selain itu, frekuensi kita mendaki tidak lagi seintens dulu. Selain usia, juga karena waktu terbatas,” ungkap aktivis Pataga Indonesia yang akrab disapa Allo, ini.
Allo yang didampingi aktivis Pataga lainnya, Billy Taule dan Yenti Nur Hidayat, menambahkan, Pataga Indonesia sangat concern dengan isu-isu pelestarian lingkungan. “Organisasi kami tak melulu giat mendaki gunung atau memanjat tebing, tapi juga melakukan aksi nyata kecintaan terhadap alam,” kata Allo.
Senada dengan Allo, Yenti menambahkan bahwa pihaknya ingin memperkuat citra pencinta alam yang selama ini sesungguhnya lebih banyak berperilaku sebagai penikmat alam.
“Jadi, tidak hanya sekadar mendaki gunung dan menikmati alam, tetapi kita turut aktif berperan dalam menjaga pelestarian lingkungan, alam, ekosistemnya, dan mendorong juga pihak lain, seperti keluarga kita, masyarakat di sekitar untuk mencoba untuk melestarikan alam dalam konsep yang lebih luas,” tutur Yenti.