Jakarta, Obsessionnews – Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Dewi Haroen, menilai pidato politik yang disampaikan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada saat pelaksanaan Kongres di Bali menandakan bahwa Megawati sebenarnya tengah gundah gulana.
Menurutnya, sebagai ketua umum partai, Megawati sejak awal sudah merelakan dirinya untuk memberikan kesempatan kepada Joko Widodo untuk menjadi presiden. Namun, setelah Jokowi terpilih, Megawati merasa dirinya sulit melakukan komunikasi dengan Presiden. Sehingga Megawati diibaratkan membesarkan anak Harimau.
“Jadi seperti pepatah Minang, Mega ibarat membesarkan anak harimau,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (11/4/2015).
Dalam pidato tersebut, Megawati memang kerap melakukan sindiran terhadap Presiden Jokowi. Mantan Wali Kota Solo saat ini dianggap seperti kacang yang lupa dengan kulitnya. Mega pun mengingatkan agar Jokowi selalu melakukan komunikasi dengan parpol pendukungnya, dan tidak lupa begitu saja.
“Bu Megawati sudah berdarah-darah mencalonkan Jokowi sampai bisa jadi presiden. Tapi hasil mengecewakan, ada survai yang merilis Jokowi lebih layak menjadi Ketua Umum PDI-P,” tuturnya.
Karena itu wajar, Dewi menganggap, Megawati sakit hati, dikhianati secara politik dengan banyaknya penumpang gelap. Terlebih, PDI-P adalah partai pemenang pemilu yang memiliki suara terbesar dalam pelaksanaan Pilkada 2014. Namun, disisi lain jabatan menteri strategis justru di diberikan kepada partai lain.
“PDI-P hanya diberikan empat menteri dan tidak terlalu berpengaruh. Komunikasi ke istana juga nyatanya kita lihat sangat terhambat,” jelasnya. (Albar)
