
Kubu Raya, Obsessionnews – Kabupaten Kubu Raya salah satu kabupaten termuda di Kalimantan Barat (Kalbar). Kabupaten ini terbentuk berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2007. Sebagai kabupaten baru, Kubu Raya mengharuskan percepatan kinerja di segala bidang, karena kabupaten baru diuji coba kelayakannya selama 5 tahun atau satu periode pemerintahan. Begitu banyak persoalan yang dihadapi Kubu Raya, antara lain belum siap dari sumber daya manusia (SDM) sebagai penggerak pembangunan, dan masih bergantungnya pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pajak.
Berbagai persoalan dasar bermunculan seiring dengan tuntutan otonomi daerah, mulai dari pembangunan fisik yang meliputi irigasi, penyediaan air bersih, gedung-gedung pemerintahan dan sekolah. Juga pembangunan non fisik, seperti pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat menjadi pekerjaan rumah yang bersifat mendesak.
Mengapa ketiga tuntutan non fisik ini sangat mendesak di Kubu Raya? Pertama, pendidikan menjadi hal pokok yang harus segera dibangun. Pendidikan menjadi pondasi awal berdirinya suatu daerah otonomi baru, dan pendidikan menyiapkan SDM yang handal. Kedua, kesehatan menjadi penting atas pemenuhan hak-hak dasar masyarakat, dan pemerintah dituntut untuk menyejahterakan masyarakatnya. Gizi buruk menjadi persoalan daerah yang harus segera diselesaikan. Ketiga, peningkatan ekonomi masyarakat sebaiknya harus dimulai dari pangan. Pertanian menjadi salah satu komoditi dan tulang punggung pendapatan masyarakat di Kubu Raya.

Bambang Sudarmono, Ketua Forum Komunikasi Mahasiswa Kubu Raya, menilai pembangunan di bidang pendidikan belum menjadi prioritas utama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kubu Raya. “Saat ini setidaknya ada 12.000 orang masih buta huruf. Padahal pada tahun 2013 Pemkab Kubu Raya menargetkan angka buta huruf menjadi 7.828 jiwa. Namun, kenyataannya di tahun 2015 angka buta huruf masih tinggi,” katanya kepada obsessionnews.com baru-baru ini.
Dia menambahkan, Pemkab Kubu harus mengedepankan pembangunan SDM, yakni dengan menitikberatkan pembanguna di sektor pendidikan. Karena berbagai teori mengatakan hanya pendidikan yang bisa memutus mata rantai kemiskinan.
Bambang mengingatkan Bupati Kubu Raya agar mengubah orientasi pembangunan. Jangan hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi, tapi harus dibarengi dengan pembangunan ekonomi. Karena kalau hanya mengedepankan pertumbuhan ekonomi, maka yang terjadi adalah tidak meratanya pertumbuhan tersebut.
“Pertumbuhan ekonomi tidak serta merta berdampak positif pada kemajuan pendidikan. Lihat saja pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi mencapai 6,77%, tetapi pada kenyataannya masyarakat yang tergolong miskin dan buta huruf masih banyak,” paparnya
Bambang berharap Pemkab Kubu Raya memprioritaskan pembangunan di sektor pendidikan, karena jika daerah tersebut mempunyai SDM yang unggul, maka berdampak di segala bidang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. (Ahmad Saufi)