Kamis, 25 April 24

Masa Depan Indonesia di Pemerintahan Jokowi

Masa Depan Indonesia di Pemerintahan Jokowi

Jakarta – Dalam banyak forum saat Pilpres 2014, presiden terpilih Jokowi menyatakan akan bekerja keras agar perekonomian Indonesia bertumbuh hingga 7 persen tiap tahun. Sanggupkan tim ekonomi Jokowi-JK mewujudkan itu?

Angka ini jauh diatas pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semester pertama tahun 2014 baru mencapai 5,17 persen. Salah satu pendorong yang kuat untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan Jokowi adalah melalui investasi langsung yang perkembangannya terlihat menggembirakan di Triwulan II tahun 2014.

Dari data yang dilansir oleh World Investment Report 2014 menunjukan perkembangan yang menggembirakan bagi Indonesia. Indonesia termasuk dalam 20 negara dengan nilai foreign direct investment (FDI) yang terbesar. Dalam laporan ini disampaikan jumlah FDI yang mengalir ke negara berkembang yang mayoritas dari Asia mencapai total diatas 50 persen sejak 2012. Persentasi ini menggeser dominasi negara maju yang tadinya mendapat aliran FDI diatas 50 persen.

Mahendra Siregar Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan Indonesia masih memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk menarik Investor di dunia. Daya tarik sumber daya alam dan pertumbuhan middle class income merupakan faktor yang membuat investor mengalirkan dananya ke Indonesia.

World Investment Report 2014 juga menyampaikan data tentang FDI outflow yang lebih banyak terjadi pada negara-negara maju,  keadaan ini dipicu karena kondisi ekonomi Eropa yang masih lesu, prediksi krisis di Amerika Serikat, serta kasus Argentina di Amerika latin.

Pemantauan UNCTAD menunjukkan bahwa, pada tahun 2013, 59 negara mengadopsi 87 langkah kebijakan yang mempengaruhi investasi asing dan investasi nasional. Kebijakan tetap diarahkan kepada promosi investasi dan liberalisasi investasi. Pada saat yang sama, banyak juga peraturan atau pembatasan kebijakan investasi yang  meningkat hingga 25-27 persen Langkah-langkah liberalisasi investasi termasuk sejumlah privatisasi di ekonomi transisi dari negara berkembang menuju negara maju.

Mayoritas kebijakan liberalisasi investasi asing khususnya banyak terjadi di negara-negara Asia. Liberilalisai paling banyak dilakukan untuk investasi yang berhubungan dengan industri telekomunikasi dan sektor energi. Sebuah fenomena baru adalah upaya pemerintah untuk mencegah divestasi oleh investor asing. Hal ini dipengaruhi oleh adanya krisis ekonomi dan masih tingginya pengangguran di dalam negri.Beberapa negara telah memperkenalkan persyaratan persetujuan baru untuk relokasi dan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Pemberian insentif banyak dilakukan oleh berbagai negara untuk alat yang menarik investor. Berdasarkan hasil survey UNTACD tentang investment promotion agencies (IPAs), tujuan utama investasi adalah pemciptaan lapangan pekerjaan yang diikuti dengan transfer teknologi, promosi ekspor. Target utama dari sektor yang hendak diraih adalah IT and business services, kemudian  agriculture and tourism.

Selain perkembangan yang dipandang positif untuk investasi dalam kaitannya dengan ekonomi Indonesia, banyak kalangan menyatakan optimis dengan ekonomi Indonesia sehubungan dengan terpilihnya pemerintah baru Jokowi-JK. Salah seorang VP dari perusahaan minyak CNOOC, Mr Wang menyatakan keyakinannya bahwa investasi di Indonesia memiliki harapan yang besar.

Michael Ivanovitch  Presiden dari MSI Global, a New York-based economic research company dan juga senior economist at the OECD in Paris, international economist at the Federal Reserve Bank of New York dan pengajar economics at Columbia, menulis di CNBC tentang Indonesia  Indonesia, “Indonesia telah melakukan reformasi struktural di bidang ekonomi dan mencapai perbaikan di stabilitas harga, sektor publik dan juga memelihara pertumbuhan rata-rata 6 persen. Jokowi nampaknya akan meneruskan reformasi ini sehingga Indonesia memiliki pendapatan pajak yang baik, infrastktur yang lebih baik dan pengetatan pengeluaran publik.”

Optimisme atas potensi kemajuan Indonesia ini memberikan dampak yang positif bagi keyakinan investor untuk menempatkan investasinya di Indonesia. Pemerintahan baru Presiden terpilih, Jokowi,  menjanjikan jaminan keamanan dan kenyamanan investasi bagi banyak investor. Kesempatan ini, seperti yang disampaikan dalam laporan UNCTAD merupakan kesempatan untuk mengalihkan investasi Indonesia dari resource based menuju ke technology based yang akan memberikan fondasi yang lebih kuat untuk struktur ekonomi Indonesia.

Fadjar Ari Dewanto
Head of Regional Research at Vibiz Research

Related posts