Jakarta, Obsessionnews – Tahan banting. Istilah ini pas untuk menggambarkan sepak terjang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok. Sejak menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta hingga menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta, Ahok tak pernah sepi dari sasaran unjuk rasa berbagai elemen masyarakat yang merasa tak puas atas kebijakannya. Mereka juga menuntut Ahok mundur dari jabatannya.
Sejumlah ormas yang sering berunjuk rasa menyerang Ahok dengan melontarkan isu suku, agama, ras, antargolongan (SARA). Mereka menilai Ahok yang orang China dan nonmuslim tak layak memimpin Jakarta.
Para pengunjuk rasa lupa, Ahok adalah pilihan mayoritas warga DKI Jakarta. Pada pilkada yang langsung dipilih oleh rakyat tahun 2012 duet Joko Widodo (Jokowi) dan Ahok berhasil menaklukkan lawan-lawannya. Ketika itu Jokowi-Ahok diusung oleh PDI-P dan Gerindra. Jokowi adalah kader PDI-P, sedangkan Ahok kader Gerindra.
Ketika Jokowi terpilih menjadi Presiden RI, Ahok kemudian secara otomatis naik kelas menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dan Ahok adalah gubernur kedua yang dilantik di Istana Negara. Ia dilantik Presiden Jokowi pada Rabu, 19 November 2014. Sedangkan gubernur pertama yang dilantik di Istana Negara adalah Ali Sadikin. Ali Sadikin dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Soekarno pada Kamis Kamis, 28 April 1966.
Ahok seorang pemberani. Ketika ia melihat hal-hal yang bertentangan dengan hati nuraninya, ia langsung bereaksi. Salah satu contohnya, ketika Gerindra yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) mendukung pilkada tak langsung, Ahok langsung protes dan keluar dari partai besutan Prabowo Subianto tersebut tahun 2014.
Saat ini Ahok tak menjadi kader partai manapun. Meskipun demikian ia pede menjalankan roda pemerintahan. Tanpa kenal takut ia membongkar kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta. Ia ingin menciptakan pemerintahan yang bebas dari KKN.
Manuvernya itu tentu saja membuat pihak-pihak tertentu tak senang. Bahkan sejumlah anggota DPRD DKI berencana memakzulkan atau melengserkan dirinya. Namun, Ahok tak peduli. Ia berkeyakinan upayanya memberantas KKN didukung rakyat.
Salah seorang lawannya adalah Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Lulung. Perseteruan Ahok dan Lulung semakin memanas. Saat ini Lulung menjadi saksi terkait dugaan korupsi pengadaan perangkat Uninterruptible Power Supply (UPS) di APBD Perubahan DKI 2014. Ia telah diperiksa Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri.
Lulung menyarankan Ahok untuk mengundurkan diri dari jabatan sebagai gubernur sebelum dimakzulkan dalam proses hak menyatakan pendapat (HMP) oleh DPRD DKI Jakarta.
“Banyak eksekutif melakukan korupsi, seharusnya Ahok malu. Ahok kan orangnya kesatria, harus mengundurkan diri. Dia harus bertanggung jawab,” ujar Lulung kepada wartawan, Kamis (4/6/2015).
Ahok tak tinggal diam. Bahkan dengan santai Ahok menyindir Lulung yang hingga kini masih berkutat dengan kepolisian dengan dugaan penyalahgunaan pengadaan UPS.
“Ya kalau begitu juga, Pak Lulung, daripada Bareskrim susah-susah panggil kamu repot, lebih baik kamu mengurungkan diri saja ke penjara gitu lho,” kata Basuki di Balai Kota, Kamis (4/6/2015).
Pernyataan Lulung tersebut mendapat kritikan tajam dari netizen yang mendukung Ahok dan tergabung dalam grup facebook, yakni grup DAG (Dukung Ahok Gubernur DKI). Hingga Kamis (4/ 6/2015 tercatat jumlah anggota DAG sebanyak 26.938 orang.
Seorang netizen bernama Vicky Kaur berkomentar,” kenapa kamu aja yg ngaku banditnya.”
Netizen lain yang bernama Tandiono Borneojaya memberikan komentar pedas,”Lung lung…tobat lung mumpung masih ada waktu…Ahok kalo mundur kasian masyarakat Jakarta kembali lagi duit mereka lo embat bersama-sama dgn kelompok siluman lo.”
Netizen lainnya adalah Manahara Simangunsong yang memberikan komentar,”H.Linglung @ gapain Ahok disuruh mundur, AHok adalah gubernur untuk rakyat DKI yang memberantas para pejabat yang korupsi. dia rela memikul salib untuk mensejahterakan rakyat DKi. maju terus Ahok. rakyat mendukungmu.” (Arif RH)
