Sabtu, 9 Desember 23

Mahfud Sebut Survei LIPI Selalu Salah

Mahfud Sebut Survei LIPI Selalu Salah

Jakarta – Ketua tim pemenangan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Prof Mahfud MD, menyebut ‎pusat penelitian politik Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI) seringkali salah dalam merilis hasil survei berbagai kegiatan politik baik terkait Pemilu Kepala Daerah (Pilkada), Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden (Pilpres).

‎Hal itu diungkapkan Mahfud saat dimintai tanggapan mengenai hasil survei LIPI yang merilis elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden  nomor urut 2 Joko Widodo dan Jusuf Kalla, mengungguli pasangan nomor 1 Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Mahfud pun menganggap hasil survei itu salah. “LIPI dari dulu kan selalu salah, mulai dari Gubernur, kemudian Pileg,” ujar Mahfud, di Jakarta, Jumat (27/6/2014).

Sebelumnya, lembaga survei Lingkar Survai Indonesia (LSI)‎ telah merilis elektabilitas Jokowi-JK mengungguli Prabowo-Hatta, dengan presentasi 45 persen untuk Jokowi-JK, dan 38,7 persen untuk Prabowo-Hatta. Survei Litbang Kompas, juga menempatkan Jokowi-JK di peringkat pertama dengan 42,3 persen, sementara Prabowo-Hatta dengan 35,3 persen. Demikian juga survai  Soegeng Sarjadi Syndicate (SSSG), Alvara Research‎ Center (ARC), Indikator Politik, dan Cyrus Network juga memenangkan Jokowi-JK.

Namun, Mahfud tetap menuding lembaga survei tersebut, kini telah menyembunyikan hasil surveinya, karena yang terbaru pasangan Prabowo-Hatta saat ini mengungguli Jokowi-JK. Menurut Mahfud, pernyataannya itu sesuai dengan pemberitaan media Australia. “Itu kan sekarang ada di Media Australia dikatakan bahwa sekarang lembaga survei pendukung Jokowi menyembunyikan hasil survei terakhir, karena Prabowo menang,”

Menurut ‎mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu, karakter dan kepemimpinan Prabowo saat ini lebih diterima oleh masyarakat Indonesia secara rasional, dan setiap hari elektabilitasnya semakin meningkat dibanding Jokowi. Dan ia yakin mendekati 9 Juli nanti Prabowo tak tertandingi. “Karena teorinya, apabila sudah naik begini, kalau tidak ada sesuatu, enggak akan turun. Sementara yang turun tidak akan naik,” tandasnya.

Sebagaimana diketahui, Media Australia The Sydney Morning Herald mengulas soal keunggulan calon presiden Prabowo Subianto dalam survei belakangan ini. Namun, beberapa lembaga survei di Indonesia seperti enggan untuk segera merilis laporan tersebut.
Ditulis oleh koreponden SMH di Indonesia, Michael Bachelard, artikel berjudul “Silence of the polls as Prabowo pulls ahead in Jakarta race” mengulas soal Prabowo yang kian membalap popularitas Joko Widodo dalam survei. Padahal, dalam berbagai survei beberapa bulan lalu, Prabowo terpaut jauh dari Joko.

Beberapa sumber yang dikontak Fairfax Media, tulis SMH, mengonfirmasi bahwa tiga lembaga survei kredibel Indonesia menunjukkan bahwa kini selisih persentase kedua capres terpaut sedikit sekali, bahkan sebuah survei menunjukkan Prabowo memimpin. “Ini hasil yang luar biasa. Sampai saat kampanye dimulai, Joko Widodo yang populer sebagai gubernur Jakarta, sempat memimpin dua-digit,” tulis SMH.

Contohnya Juni ini, Lembaga Survei Indonesia menunjukkan bahwa Joko hanya unggul 6,3 persen, menukik dari 20 persen pada survei awal tahun ini. Senin lalu, Lingkaran Survei Indonesia menunjukkan bahwa Prabowo unggul dengan 51,2 persen dan Joko 48,8 persen.

Namun, menurut SMH, para lembaga survei seakan bungkam atau enggan segera merilis hasil survei yang mengunggulkan Prabowo. “Satu atau lebih survei itu ditahan untuk dipublikasikan, seperti khawatir akan mengecilkan hati para pendukung Joko Widodo dan beralih memihak Prabowo,” tulis SMH.

CSIS misalnya. Menurut beberapa sumber SMH, lembaga pimpinan Rizal Sukma ini telah menyelesaikan survei pada 15 Juni, namun baru 10 hari kemudian merilisnya.

Aaron Connelly, peneliti Lowy Institute, Selasa lalu menuliskan bahwa tiga lembaga survei paling kredibel –CSIS, Saiful Mujani Research and Consulting, dan Indikator Politik Indonesia– kini telah mengakui kedua capres sama kuat. “Prabowo Subianto kini bisa dipertimbangkan untuk menjadi pemenang pemilu presiden 9 Juli, hasil yang tidak terbayangkan sebulan lalu,” tulis Connelly.

Bungkamnya lembaga survei ini, menurut sumber SMH, karena ketiga lembaga survei tersebut mendukung Joko Widodo. Seperti Rizal Sukma yang pada Minggu lalu memberikan masukan pada Joko sebelum debat presiden. “Mereka takut dengan mempublikasikan informasi itu akan membuat dukungan banyak ke Prabowo, di negara yang menurut para analis bermental “dukung pemenang” ini,” tulis SMH.

Baik Rizal atau Burhanuddin Muhtadi dari Indikator belum membalas SMS atau telepon dari SMH. Sementara itu, Saiful Mujani dari Saiful Mujani Research and Consulting sedang sakit. (Abn)

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.