Sabtu, 20 April 24

Lumpia Gang Lombok Semarang Populer di Mancanegara

Lumpia Gang Lombok Semarang  Populer di Mancanegara

Semarang – Berkunjung ke Semarang, Jawa Tengah, rasanya kurang lengkap kalau belum mencicipi kuliner khas Kota Atlas ini. Lumpia, jajanan yang satu ini sangatlah melekat serta identitik dengan Kota Semarang. Di antara begitu banyaknya pedagang lumpia, ada satu toko lumpia yang sangat laris, dan bahkan populer hingga ke mancanegara, yakni toko Lumpia Semarang Gang Lombok No. 11. Konon, keluarga pemilik toko tersebut adalah yang pertama kali membuat lumpia Semarang.

Toko lumpia Gang Lombok No 11  Semarang yang selalu ramai pengunjung
Toko lumpia Gang Lombok No 11 Semarang yang selalu ramai pengunjung

Toko lumpia ini terletak di kawasan Pecinan, bersebelahan dengan klenteng tua Tay Kak Sie, dan merupakan toko lumpia tertua di antara toko-toko lumpia lainnyadi Semarang. Lumpia Gang Lombok saat ini dikelola oleh Purnomo Usodo (Siem Swie Kiem) yang merupakan penerus generasi ketiga.

Lumpia yang lezat buatan Purnomo Usodo
Lumpia yang lezat buatan Purnomo Usodo

Ditemui obsessionnews.com di kediamannya, Jumat (9/1/2015) siang Purnomo menceritakan asal muasal kuliner yang begitu memanjakan lidah ini. “Lumpia itu awalnya dibawa oleh engkong saya, yaitu Tjoa Thae Joe asal Fukien, Tiongkok, dan nenek saya yaitu Wasih asli dari Indonesia. Kakek membawa lumpia yang bergaya hokkian, kemudian dipadukan dengan nenek yang juga pembuat lumpia lokal dengan cita rasa manis,” kata Purnomo.

 

Purnomo Usodo, pemilik toko lumpia Gang Lombok no 11 Semarang
Purnomo Usodo, pemilik toko lumpia Gang Lombok no 11 Semarang

Kemudian Joe, panggilan akrab Tjoa Thae Joe, menikah dengan Wasih, dan menyatukan usaha mereka dengan membuka usaha lumpia. Awalnya, pasangan Joe dan Wasih berjualan dengan menggunakan pikulan dan berkeliling kota Semarang menjajakan lumpia buatannya. “Dulu itu masih pakai pikulan keliling kota menjajakan lumpia,” kenang Purnomo.

Seiring berjalannya waktu, peminat lumpia buatan pasangan suami isteri tersebut digemari oleh banyak orang, hingga akhirnya mereka membuka toko lumpia di Gang Lombok No. 11 kawasan Pecinan, Kota Semarang.

Resep Turun-temurun
Sebagai pewaris generasi ketiga, Purnomo tetap menjaga keaslian rasa dan resep yang selama ini diwariskan oleh keluarganya. Dia tidak mengotak-atik resep yang sudah turun-temurun itu. “Resepnya masih sama dengan yang dulu, ndak pernah saya mengubah sedikitpun resep yang ada. Semua itu memang karena resep yang sudah ada begitu diminati banyak pelanggan,” tuturnya.

Karyawan toko lumpia sibuk bekerja
Karyawan toko lumpia sibuk bekerja

Di usianya yang senja, 77 tahun, Purnomo menekuni bisnis ini lebih dari 50 tahun. Berbekal resep dan pengalamannya, dia berhasil membuat Lumpia Semarang menjadi terkenal, bahkan dibuat sebagai ciri khas Kota Semarang.

Soal resep, dia dengan berbaik hati mau membagikan salah satu rahasia mengapa lumpianya bisa begitu diminati banyak orang. “Sebenarnya lumpianya sama, cuma bahan rebung yang saya buat itu selalu dicuci bersih. Banyak orang yang mengeluhkan ketika beli lumpia itu ada bau kecing dari rebungnya. Nah, kalau saya selalu mengutamakan kualitas, jadi rebungnya saya cuci hingga getahnya benar-benar bersih,” terang Purnomo bersemangat.

Tentang rasa, jangan ditanya. Gigitan pertama pada lumpia buatannya dijamin tidak ada bau rebung yang tercium. Alih-alih yang terasa adalah campuran dari udang dan telur serta rebung berbaur menjadi satu, membuat lumpia begitu terasa kelezatannya. Apalagi ketika lumpia dicocolkan dengan saus buatan Purnomo, tentunya akan sangat menggugah selera makan.

Lumpia buatan Purnomo berada di tengah-tengah antara rasa asin dan manis. Sekadar informasi, lumpia mempunyai berbagai macam aliran, ada yang manis dan ada yang asin, walaupun sebenarnya masih satu sumber resep. Tetapi, racikan Purnomo mampu membuat para penikmatnya ketagihan dan kembali lagi. “Buat rasa, lumpia bikinan saya berada di tengah-tengah. Saat ini ada banyak aliran lumpia, ada lumpia yang rasanya condong ke manis, ada juga lumpia yang condong rasanya ke asin. Kalau saya berada di tengah-tengah. Itu yang menjadikan banyak pembeli kembali lagi untuk mencicipi lumpia Gang Lombok,” tuturnya.

Proses pembuatan lumpia terlihat cukup mudah. Yaitu, adonan tepung terigu dibuat kenyal dan lentur untuk dijadikan kulit lumpia. Sedangkan isi lumpia sendiri berupa rebung rebus yang dicampur dengan telur rebus dan udang. Setelah itu, kulit lumpia diisi dengan bahan-bahan yang ada, untuk kemudian digoreng atau direbus sesuai dengan pesanan pembeli. Kebanyakan pembeli yang berumur tua cenderung memilih lumpia rebus karena dirasa rendah kolesterol. “Kalau lumpia itu ada yang digoreng dan direbus. Tinggal pesanan yang mau beli bagaimana? Kalau yang sudah tua biasanya lebih suka membeli lumpia rebus ketimbang lumpia goreng,” kata Purnomo.

Untuk menjaga kualitas lumpianya, Purnomo selalu menekankan pembuatan lumpia di tokonya sendiri. Jadi, ketika pelanggan baru memesan, maka para pegawainya baru akan membuat bahan-bahan untuk dijadikan lumpia goreng ataupun basah.

Omset Rp 1 Juta/Hari
Omsetnya terbilang cukup tinggi. Dengan mematok harga Rp.12.000 per biji, hasil yang didapat dalam sehari dapat mencapai Rp 1 juta/hari. Namun, dengan patokan harga tersebut lumpia Gang Lombok terbilang berukuran cukup besar dan rasa yang ditawarkan dijamin tidak akan membuat calon pembelinya menyesal.

Toko Lumpia Gang Lombok tiap hari tidak pernah sepi pengunjung. Banyak pelanggan yang berasal dari luar kota, bahkan mancanegara yang rela masuk ke gang sempit tempatnya berjualan hanya untuk sekadar mencicipi lumpianya. “Banyak wisatawan dari Jogja, Bandung, bahkan sering bule-bule datang untuk membeli lumpia. Apalagi kalau liburan, toko saya bisa buka terus,” ujarnya.

Walaupun tokonya ramai pengunjung, Purnomo tidak membuka cabang di tempat lain. Bahkan hingga saat ini tokonya masih berada di tempat yang sama, dan karyawannya yang berjumlah tiga orang masih setia menemani Purnomo berjualan di Gang Lombok. “Saya ndak pernah buka cabang di tempat lain. Ya tawaran itu ada ya dari berbagai pihak, tapi tetep saya merasa cukup dengan hanya ada satu toko ini,” katanya menjelaskan.

Toko Lumpia Gang Lombok buka dari pukul delapan pagi hingga lima sore. Biasanya ketika memasuki waktu siang, lumpia yang dijual sudah habis dipesan oleh para pelanggannya. Jadi, untuk para calon pembeli disarankan untuk membeli lumpia di kedai Purnomo di waktu pagi hari agar dapat menikmati Lumpia Gang Lombok yang legendaris ini. (Yusuf Isyrin Hanggara)

Related posts