
Jakarta – Setelah mengeluarkan hasil hitung cepat (quick count), Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA mengucapkan selamat kepada calon presiden (Capres) nomor urut dua, Joko Widodo (Jokowi) atas kemenangannya dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014.
“Kami mengucapkan selamat kepada pemenang pemilu. Selamat datang presiden kita yang baru,” ujar Denny di Kantor LSI, Jl Pemuda, Jakarta Timur, Rabu (9/7/2014).
Dia menjelaskan, lembaganya secara resmi sudah mengumumkan hasil exit poll yang menempatkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) unggul tipis atas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sekitar 3 persen.
“Data ini diperkuat dengan hasil hitung cepat yang juga mengunggulkan Jokowi-JK. Insya Allah sejak tahun 2009 hasilnya akurat, kita sambut Jokowi-JK,” jelas Denny.
LSI, lanjut Denny, merilis hasil quick count terkait hasil Pemilu Presiden 9 Juli 2014. Pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla unggul tipis atas Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Pasangan Jokowi-JK memperoleh dukungan 53,37 persen dan Prabowo-Hatta mendapat 46,63 persen.
Sementara itu, Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Mahfud Md, sebelumnya juga mengklaim kemenangan di kubunya. Mahfud mengungkapkan sejumlah lembaga survei pihaknya untuk menguatkan argumennya, Lembaga survei adalah LSN, IRC, JSI, dan Puskaptis. Mahfud menilai hasil survei quick count ini sebagai perang cyber. “Kami mengganggap ini bagian perang cyber,” kata Mahfud marka Prabowo, Jl Kertanegara, Jakarta Selatan.
Menurut Mahmud, Pernyataan kemenangan Prabowo-Hatta dengan didukung data-data yang lebih akurat. “Kami (Prabowo-Hatta) menunggu 90 persen suara yang masuk sehingga lebih akurat. Sedang pihak sana suara yang masuk baru 30 persen diumumkan terus, ditahan untuk pengaruhi orang. Kami menang, rakyat Indonesia punya presiden baru. Nanti kami adu data di KPU,” papar Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta.
Terkait pengumuman kemenangan dari kubu Jokowi-JK juga mengumumkan kemenangan dengan bersandar pada sejumlah lembaga survei tertentu. Mereka tidak menyebut lembaga survei yang menjadi acuan. Namun statemen perang cyber itu kemudian diralat oleh Sandiaga Uno sebagai ‘psywar’ atau perang urat syaraf. (Pur)