Kamis, 28 Maret 24

Breaking News
  • No items

Let’s Free Dive: Diving Penghilang Stres

Let’s Free Dive: Diving Penghilang Stres

 

Lamanya kita menahan napas saat di dalam laut berhubungan dengan ketenangan pikiran. Kalau kita sedang stres, putus cinta atau galau, kegiatan ini sangat tidak disarankan.

Mendapat manfaat yang positif saat bergabung di suatu komunitas, itulah yang kerap dirasakan para anggota Let’s Free Dive. Mereka berkumpul untuk diving bersama tanpa menggunakan tabung pernafasan menjadi pengalaman mengasyikkan, sekaligus menghilangkan beban stres setelah seharian berkutat dengan pekerjaan.

AMBA111

Kegiatan free diving ini akan bertambah maksimal, jika menerapkan prinsip-prinsip yoga saat beraktivitas untuk melenturkan paru-paru dan otot-otot diafragma kita saat bernafas di dalam air. “Benar-benar rileks menjadi sangat penting, karena semakin santai kita menyelam akan kian leluasa waktunya bermain di dalam air. Jadi, intinya tenangkan dulu pikiran dan jangan cepat paniklah,” ungkap Jason Hakim Putra Sahan, founder dan instructor Let’s Free Dive, ketika ditemui Women’s Obession saat berkumpul dan latihan bersama di kolam renang Tirta Loka, Senayan, Jakarta.

Para member sering berlatih di sana setiap rabu malam atau sabtu pagi. Mereka terus memperlancar gerakan, meskipun sudah lulus mendapat sertifikat, karena kalau tidak, kemampuannya bisa menurun. Dia menerangkan, “Kalau kebetulan ada instructor tamu dari luar negeri, kami kumpul bersama berbagi pengalaman, sambil mengadakan potluck. Lalu, setahun sekali kami membuat kompetisi free diving, kemarin baru saja selesai. Para pesertanya juga bisa dari negara lain seperti Malaysia atau Jerman. Kami banyak bertukar pikiran dan jika selama ini ada yang merasa sudah jago berkat latihan terus-menerus, ketika ada kompetisi ternyata masih ada lebih jago lagi, di atas langit ada langit lagi.”

Komunitas ini dibentuk sejak 1 Januari 2012, dari sejak Jason belum menjadi instruktur. Awalnya ini adalah hanya komunitas biasa dan sama-sama belajar free diving secara otodidak lewat youtube. Ternyata ada banyak hal yang tidak seharusnya dilakukan. Apa yang dilihat di youtube, mereka adalah para profesional yang sudah terlatih, tidak bisa begitu saja langsung diikuti.

“Istilahnya seperti berlatih balet, kan tidak bisa kaki kita langsung bergaya split, harus ada latihan yang benar dan tepat. Akhirnya, saya memutuskan untuk memanggil guru berlisensi dari Thailand, karena di Indonesia belum ada. Karena kalau kita latihan tanpa guru yang benar, hanya lewat youtube bisa saja, tapi sangat berbahaya. Karena kalau dari pernafasannya saja salah, bisa menyebabkan pingsan. Risikonya terlalu tinggi,” lanjutnya.

Jason lalu mengundang orang-orang yang berminat untuk belajar pada tahun 2010 dan ini adalah untuk pertama kalinya diadakan sertifikasi free diving di Indonesia. Pada 2012 akhir, dia pun menjadi instruktur pertama di sini. Dia berhasil  mengantongi lisensi AIDA 4 (Association International Development of Apnea) atau master freedive yang diambilnya di Thailand terlebih dahulu. Lalu, visi dan misinya ke depan adalah memperkenalkan free diving yang aman dan benar, karena apa yang dilihat mata, tidaklah semudah itu saat mempraktikkannya. (Elly Simanjuntak /Sumber: Majalah Women’s Obsession Edisi November 2015)

 

 

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.