Jakarta, Obsessionnews – Mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Laode Ida mengaku kaget, tiba-tiba nama dirinya dipajang sebagai Resto alias restoran tempat makan minum. Tanpa diketahui ternyata seorang interior Cina, Edi, menjadikan namanya sebagai brand restonya.
Meski sempat kaget dan bingung tiba-tiba terpampang didinding, namun Laode mencoba menerima dengan harapan brand yang ditulis memiliki hikmah. “Waktu itu sebenarnya saya mau pakai nama-nama Spanyol atau luar, tapi tiba-tiba di Santa itu tertulis Laode s. Kaget juga kan,” ungkap Laode Ida kepada Obsessionnews di Resto barunya, Gajah Mada Plaza, Jakarta Pusat, Jumat (5/6/2015)
Jadi, jelas Laode, desainernya di Coffee Shop Santa langsung membuat nama ini, tidak pakai tanda kutip tetapi langsung Laodes S. “Jadi, proses pembuatan nama resto ini saya tidak tahu karena Edi tiba-tiba merancang seperti itu,” jelasnya.
“Sempat saya bingung kok di pake nama saya, tapi saya pikir ya udalah, mungki punya hikmah kalau Tuhan menghendaki untuk jalan terus, kita liat lah namanya juga manusia berusaha kan Tuhan yang menetukan,” kata Laode.
Menurutnya, brand Laode s dibuat secara spontan bukan by desain. Laode juga berharap semoga tidak ada kalangan yang keberatan menggunakan brand Laode s dalam mempopulerkan Sulawesi Tenggara (Sultra) di kanca bisnis.
“Laode s mungkin spontan saja ya, itu desainer interiornya namanya pak Edi orang Cina, katanya pake ini aja, ya uda pake aja. Memang Kalau menggunakan ini saya berpirkir pada akhirnya ini kan simbol untuk mencoba popularitas Sulawesi Tenggara di pasar Jakarta, ada juga yang bertanya Laode s itu apa, ada juga pengacara lagsung bilang, oh itu saya kenal dari DPD, maksudnya semua ada hikmahnya,” papar mantan aktivis ini.
“Menurut saya nama ini tidak boleh rusak, rasa, kualitas itu harus terjamin itu bagian dari mempopulerkan Sulawesi Tenggara di pasar minimal sekarang ini di Jakarta Gajah Mada. Ini tidak by desain, tetapi ini hikmah barangkali dimunculkan begitu saja tanpa saya tahu , yang sebelumnya saya belum menentukan namanya,” tuturnya.
Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menjelaskan, simbol nama yang ditambahkan huruf S di belakang namanya dengan bentuk kuadrat atau naik ke atas. Ia menjelaskan S berarti jamak atau kebersamaan. “Saya kaget juga, itu huruf S ke atas itu tidak ada koma, pada akhirnya saya suka tulisan ini, sungguhnya ini simbol Sultra menurut saya tapi ini juga simbol jamak,” katanya seraya menjelaskan makna jamak bahasa inggris S misalnya a botol artinya satu kalau botols lebih dari satu.
“Pada akhirnya saya menghargai karyanya itu, indah sekali kalau terpampang di dinding yang ditulis dari kayu dengan dicet kuning kecoklatan, ini kayak jati betul, kok pas sekali saya kan dari pulau jati, sambil tertawa riang.
Dosen UNJ ini juga berharap brand Laode s tidak boleh rusak atau tercelah sebab nama itu milik kebanyakan orang yang berarti kebersamaan. “Nama ini tidak boleh rusak harus dijaga dengan memberikan pelayanan yag terbaik, kualitas yang tinggi terjamin tapi juga terjangkau,” tandas Laode.
“Tergantung mereka, tapi saya hanya merasa bisa menunjukan sesuatu tidak tercelah untuk orang lain minimal identitas itu tetap terjaga dari kemungkinan ketercelaanya. Tercelah itu sesuatu yang menyiksa bagi saya, oleh karena itu tidak boleh tercelah. Ini nama depan saya kelompok besar, itu menurut saya tidak boleh tercelah,” tambahnya.
Laode adalah simbol nama yang diberikan pada masyarakat Muna dan Buton yang notabene memiliki latar belakang dara biru. Selain brand, resto Laode s terlihat simbol-simbol kedaerahan muna yang ditonjolkan seperti sarung tenun atau dalam bahasa muna (bheta bhia-bhia) yang jelas terpampang indah di dalam ruang Restonya. (Asma)
