Sabtu, 20 April 24

Langkah Sehat di Masa Pandemi, Ini Kuncinya

Langkah Sehat di Masa Pandemi, Ini Kuncinya
* Webinar yang bertemakan 'Langkah Sehat' di Masa Pandemi Covid-19. (Foto: Kapoy/Obsession news)

Jakarta, Obsessionnews.com – Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ)-Kementerian Perhubungan RI bekerja sama dengan radio Sonora 92.0 FM menggelar kegiatan Webinar yang bertemakan ‘Langkah Sehat’ di Masa Pandemi Covid-19.

Acara yang dilaksanakan pada Senin (28/9/2020) ini disiarkan di radio Sonora 92.0 FM secara live dan Youtube channel radio Sonora 92.0 FM.

Acara webinar itu dihadiri oleh beberapa nara sumber, yakni Kepala BPTJ Polana B. Pramesti, Sekjen MTI Harya Setyaka Dillon, Pengamat Perencanaan Wilayah Yayat Supriyatna, dan Praktisi Kesehatan Cindiawaty Josito Pudjiadi.

Dalam kesempatan itu, Cindiawaty menyampaikan, kemungkinan penyebab tumbuhnya klaster baru adalah klaster perkantoran dibandingkan klaster transportasi kasus Covid-19.

Perempuan yang akrab di sapa Cindi ini menjelaskan, karyawan cenderung lengah ketika berada di lingkungan yang akrab seperti perkantoran. Di perkantoran, warga akan bertemu dengan rekan satu perusahaan yang dianggap sudah dikenal baik sehingga lengah dalam protokol kesehatan.

Ia juga menyebut, waktu makan siang menjadi waktu-waktu yang vital menyebarnya virus Covid-19.

“Ketika bekerja mungkin iya, masker dipakai terus. Tapi, saat makan siang bagaimana? Otomatis masker diturunkan atau dilepas. Lalu, di sela santap siang akan mengobrol intens dan jarak dekat. Nah, inilah sarana virus menyebar,” kata Cindi dalam acara webinar tersebut.

Sementara untuk transportasi umum menurutnya penularan justru bisa minim apabila petugas dan penumpang sama-sama disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

Sementara itu, menurut Yayat dengan adanya Covid-19 ini bisa menjadi kekuatan struktur. Artinya apa? Kekuatan yang dari lingkungan yang bisa menghasilkan kultur baru dan budaya baru.

“Nah itu kelihatannya budaya itu berupa aturan-aturan. Jadi dengan adanya Covid-19, operator membuat aturan-aturan yang lebih sehat dan aman,” ujarnya.

Dia menjelaskan, ribuan orang yang menaiki kendaraan umum secara tertib. Persoalan jarak, masker, bahkan yang sekarang ini, selama PT KAI melarang masker scuba itu sangat luar biasa perubahannya.

“Jadi budaya kebiasaan sekedar memakai masker itu sekarang sudah tidak ada. Artinya apa? Penggunaan masker itu bukan sekedar makai masker-maskeran. Nah itu sangat berpengaruh,” ungkapnya.

Selain itu, kekuatan struktur itu pada petugas di lapangan. “Kalau saya amati di bus gratis, petugas selalu memperingati penumpang tentang penggunaan masker yang benar,” katanya.

Ternyata ada pengaruh yang sangat menarik, artinya jika operator dikelola secara benar oleh penglolanya, itu ternyata bisa menghasilkan budaya bagus.

“Pertama kalau naik kereta api, budaya antri. Orang kita ternyata bisa antri, walaupun harus menunggu antri satu sampai dua jam, dia antri dan ngak ada yang ngomel. Satu mau ngantri, menjaga jarak, masker sudah di ubah.
Jadi ibaratnya adanya covid itu melahirkan kebijakan. Yaitu bagaimana mengatur kesehatan dan aman,” jelas Yayat.

Namun yang harus di perhatikan adalah yang di angkutan umum, mengejar target dan mengejar setoran sehingga menumpuk penumpang. “Hal ini yang harus kita bina,” ucapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Harya. Dia mengatakan, kalau soal antrian menurut dia kebudayaan itu sudah terbentuk waktu adanya Trans Jakarta. Namun yang harus diperhatikan adalah pengguna angkutan umum atau angkutan kota (angkot).

“Menurut saya yang harus ditertibkan itu adalah orang yang masih merokok di dalam kendaraan publik. Itu yang musti ditertibkan,” ujarnya.

Sementara itu, Polana menjelaskan, dengan adanya pandemi Covid-19 ini masyarakat jadi disiplin, terutama pada kesehatan diri sendiri. Dengan disiplinnya masyarakat tentang protokol kesehatan, maka penting dalam penanganan virus tersebut.

“Karena yang paling penting virusnya itu tidak kemana-mana, sebab penularannya kebanyakan medianya adalah manusia, itu kunci utamanya,” ujar Polana.

Terkait kendaraan umum, dia mengatakan, Jabodetabek itu kotanya semua berbasis angkutan umum. Menurutnya angkutan umum di Jabodetabek itu sudah cukup bagus, ada KRL, MRT, dan sebagainya.

Dia menyampaikan, di masa pandemi ini yang memilih angkutan umum itu berkurang. “Karena yang tadinya naik kendaraan umum di masa pandemi ini menggunakan kendaraan pribadi,” ungkapnya.

Meski begitu, menurut dia, kunyinya satu adalah disiplin. “Yakni menggunakan masker dan jaga jarak. Kalau masker dan cuci tangan sangat mudah, masyarakat sudah melakukan itu semua. Namun yang sulit adalah jaga jarak,” tuturnya.

Untuk itu petugas harus memastikan penumpang itu harus jaga jarak. Terkadang persyaratan sudah, disiplin sudah, namun kadang-kadag prilaku masyarakat dan petugas ada yang masih belum di siplin.

“Mohon maaf, saya pernah melihat petugas yang memakai maskernya hana menutupi mulutnya saja, hidungnya tidak,” pungkasnya. (Poy)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.