Jumat, 26 April 24

KPPU Usut Jaringan Kartel Daging

KPPU Usut Jaringan Kartel Daging
* KRISIS DAGING SAPI: Lebih dari 500 ekor sapi asal Nusa Tenggara Timur (NTT) tiba di Terminal Kalimas, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Sabtu (22/8/2015). Sapi-sapi tersebut untuk memenuhi kebutuhan daging di kawasan Jabodetabek. (Obsessionnews.com/Ari Armadianto) ‎

Surabaya, Obsessionnews – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) RI mengusut perusahaan-perusahaan jaringan kartel impor daging sapi. Sebagai respon atas melambungnya harga daging impor yang disinyalir dilakukan permainan kartel.‎

“Insyaallah minggu depan kita umumkan ke publik,” kata Ketua KPPU RI Syarkawi Rauf di kantor KPPU Perwakilan Surabaya di Gedung Bumi Mandiri Jalan Basuki Rahmat Surabaya, Sabtu (22/8/2015).

Menurutnya, labilitas harga dan stok daging impor saat ini diduga dari permainan pengusaha penggemukan sapi (feedloter).

“Diduga ada permainan pengusaha yang mempermainkan harga dan stok daging impor,” katanya. Sayang,  Syarkawi enggan menyebutkan nama perusahaan maupun pengusaha yang tengah diusut.

Syarkawi menambahkan, penyelidikan juga dilakukan terhadap para pedagang sapi. Namun, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, belum ditemukan indikasi keterlibatan pedagang dalam permainan harga daging sapi.

“Penyelidikan banyak dilakukan terhadap importer sapi,” tegasnya.

Saat ini, lanjut Syarkawi, tim KPPU terus mengumpulkan data dan keterangan guna melengkapi data pelanggaran yang sudah dikantongi.

“Hasil penyelidikan nantinya akan dijadikan rekomendasi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian dalam menentukan kebijakan soal daging,” paparnya.

Tidak seimbangnya kebijakan pengurangan kuota impor daging dengan tingkat pemberdayaan peternak lokal, menjadi salah satu penyebab stok daging alami krisis.

“Dampaknya pada harga pangan lain,” tandasnya.

Syarkawi mencontohkan, di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah mengikis ketergantungan terhadap daging sapi impor dengan mengurangi kuota sampai 10%. Sedangkan, Presiden Jokowi mengurangi kuota sapi impor jauh dari jumlah sebelumnya.

“Tapi tidak dibarengi pemberdayaan di sektor lokal,” katanya. (GA Semeru)‎

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.