
Bandung, Obsessionnews – Kota Bandung beresiko tinggi bencana, sehingga harus memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Demikian saran dari Pakar Bencana Pusat Penelitian Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Irwan Meilano saat menjadi pembicara seminar di Pemkot Bandung bertema ‘Sosialisasi Hasil Penilaian Ketahanan Kota Bandung Terhadap Bencana‘ yang digelar di Gedung Serba Guna Balaikota Bandung, Rabu (18/3/2015).
Irwan menyarankan Pemkot Bandung harus menyiapkan strategi yang tepat untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam. Sebagai catatan, Kota Bandung menduduki peringkat ke 227 indeks resiko bencana banjir dengan skor 34. Skor itu masuk resiko tinggi. Kota Bandung juga berada di urutan ke 52 pada indeks resiko bencana cuaca ekstrim dengan nilai 20 katagori resti/ resiko tinggi. Selain itu kota Bandung berada di posisi 69 pada indeks resikio bencana gempa bumi dengan skor 22 dan masuk katagori resiko tinggi.
Terhadap kondisi itu Irwan merekomendasikan kepada Pemkot Bandung membentuk BPBD. “Jika terjadi bencana alam di Kota Bandung maka 19 wilayah kelurahan akan merasakan dampak dengan prediksi jumlah pengungsi mencapai sekitar 225.023 orang,” ujar Irwan.
Irwan menegaskan jika ada bencana di Kota Bandung, maka Pemkot Bandung harus memenuhi kebutuhan beras sebanyak 630 ton/minggu, air minum sebanyak 3.937.906 liter/minggu dan air bersih sebanyak 15.076.542 liter/minggu.
Selain membentuk BPBD, Pemkot Bandung disarankan melakukan kajian ketahanan bencana dengan melibatkan banyak pihak. Menurutnya jika ada kajian tersebut akan lahir kajian resiko bencana di Kota Bandung secara terperinci.
Kajian ini juga bisa melibatkan para pemangku kepentingan seperti NGO, akademisi dan pelaku bisnis. Selain itu Pemkot harus melakukan diseminasi, partisipasi, dan monitoring,” tegasnya. Pemkot juga perlu membuat action plan untuk menjadikan Kota Bandung sebagai kota yang aman dan tahan terhadap bencana. “Karena itu, perlu adanya implementasi program dalam bentuk prioritas jangka pendek, menengah dan jangka panjang. (Dudy Supriyadi)