Minggu, 2 April 23

Korupsi e-KTP dan Hipokrisi Para Politisi Senayan

Korupsi e-KTP dan Hipokrisi Para Politisi Senayan

Oleh: Muhammad AS Hikam, Pengamat Politik Universitas Presiden

Membaca ‘bocoran’ dakwaan dalam kasus e-KTP yang konon bersumber dari KPK, benar-benar bikin kita muak, marah, dan sakit hati. Kata yang tepat utk para politisi Senayan yang tersangkut di dalamnya barangkali adalah para “bedebah” dan “perusak” atau penghancur negara. Atau malah lebih baik dianggap para pengkhianat (traitors) bangsa dan negara saja.

Hemat saya, tidak ada hukuman yang lebih layak bagi para pengkhianat dan penghancur negara dan bangsa melebihi hukuman mati atau minimum penjara seumur hidup tanpa kemungkinan mendapat pengampunan (live without parole). Apalagi jika kita melihat mereka masih mencoba mengelak dan, dengan gagah, menyatakan tidak menerima atau mendapatkan cipratan uang korupsi itu saja sudah bikin mau muntah. Saya kira hanya manusia yang tak lagi punya nurani saja yang bisa bilang seperti itu.

Lebih mengerikan dan membuat marah adalah di antara mereka itu para politisi yang memakai agama sebagai landasan partai dan omongan-omongan mereka. Saya setuju merekalah PARA PENISTA AGAMA yang sebenar-sebenarnya penista. Mungkin bagi mereka berlaku fatwa ulama-ulama Nahdlatul Ulama (NU) yakni jika mati tidak usah disholati jenazah-jenazah mereka, sebagai sebuah sanksi sosial dan moral.

Anehnya, terhadap para penista agama yang sejati itu, malah tidak ada demo atau aksi massa yang massif dari ormas-ormas Islam yang mengklaim membela Islam atau membela ulama, dan lain-lain itu. Bahkan wacana-wacana yang keras mengkritik mereka di dalam khobah-khotbah pun nyaris tak terdengar. Bukankah ini temasuk suatu pertanda hipokrisi yang sangat nyata? Wallahua’lam. Semoga azab Tuhan dijatuhkan kepada para pengkhianat bangsa dan NKRI itu. Amin..ammad AS Hikam, Pengamat Politik Univetas Presiden

Membaca ‘bocoran’ dakwaan dalam kasus e-KTP yang konon bersumber dari KPK, benar-benar bikin kita muak, marah, dan sakit hati. Kata yang tepat utk para politisi Senayan yang tersangkut di dalamnya barangkali adalah para “bedebah” dan “perusak” atau penghancur negara. Atau malah lebih baik dianggap para pengkhianat (traitors) bangsa dan negara saja.

Hemat saya, tidak ada hukuman yang lebih layak bagi para pengkhianat dan penghancur negara dan bangsa melebihi hukuman mati atau minimum penjara seumur hidup tanpa kemungkinan mendapat pengampunan (live without parole). Apalagi jika kita melihat mereka masih mencoba mengelak dan, dengan gagah, menyatakan tidak menerima atau mendapatkan cipratan uang korupsi itu saja sudah bikin mau muntah. Saya kira hanya manusia yang tak lagi punya nurani saja yang bisa bilang seperti itu.

Lebih mengerikan dan membuat marah adalah di antara mereka itu para politisi yang memakai agama sebagai landasan partai dan omongan-omongan mereka. Saya setuju merekalah PARA PENISTA AGAMA yang sebenar-sebenarnya penista. Mungkin bagi mereka berlaku fatwa ulama-ulama Nahdlatul Ulama (NU) yakni jika mati tidak usah disholati jenazah-jenazah mereka, sebagai sebuah sanksi sosial dan moral.

Anehnya, terhadap para penista agama yang sejati itu, malah tidak ada demo atau aksi massa yang massif dari ormas-ormas Islam yang mengklaim membela Islam atau membela ulama, dan lain-lain itu. Bahkan wacana-wacana yang keras mengkritik mereka di dalam khobah-khotbah pun nyaris tak terdengar. Bukankah ini temasuk suatu pertanda hipokrisi yang sangat nyata? Wallahua’lam. Semoga azab Tuhan dijatuhkan kepada para pengkhianat bangsa dan NKRI itu. Aamiin…

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.