
Imar
Jakarta-Kementerian Lingkungan Hidup dalam kajian perubahan iklim memprediksikan bahwa hujan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum mengalami perubahan. Hujan di musim hujan akan mengalami peningkatan antara 0 dan 10% dan di musim kemarau akan menurun antara 5% dan 25% dibanding kondisi saat ini.
“Perubahan ini akan berimplikasi pada meningkatnya risiko kekeringan maupun banjir,”kata Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup Arief Yuwono, dalam Lokakarya Nasional Pengarusutamaan Perubahan Iklim dalam Pengelolaan DAS Citarum di Jakarta, Rabu (10/4/ 2013).
Menurut Arief, kegagalan panen padi akibat bencana iklim diperkirakan akan meningkat hampir dua kali lipat dari kondisi saat ini. Selain itu, luas wilayah terkena banjir di Kota Bandung juga akan meluas. Diperkirakan jumlah kecamatan yang rawan banjir mencapai 28 kecamatan sebanyak 79 desa/kelurahan.
“Kemampuan produksi listrik dari tenaga air juga akan mengalami penurunan yang cukup signifikan khususnya di musim kemarau. Sementara hasil analisis kerentanan menunjukkan bahwa hampir 50% dari desa yang ada di DAS Citarum memiliki tingkat kerentanan tinggi,”jelasnya.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencanangkan kebijakan Propinsi Hijau dengan target mengembalikan kondisi tutupan hutan minimal 45%, namun permasalahan lokal tata guna lahan menunjukkan, sekitar 32% wilayah yang seharusnya dipertahankan sebagai lahan hutan yang berfungsi lindung sudah digunakan untuk penggunaan lain khususnya kegiatan pertanian.
Apabila upaya penataan kawasan dan penggunaan lahan tidak berhasil, maka tahun 2025, tingkat inkonsistensi penggunaan lahan akan meningkat dari 32% menjadi 57%. Hal ini disebabkan pula meningkatnya laju pemukiman dan pembangunan 4,000 ha/tahun serta hilangnya luas tutupan hutan 2,500 ha/tahun dan konversi lahan persawahan mencapai 2,600 ha/tahun untuk pemukiman dan pertanian non-sawah. (rud)