Jumat, 29 Maret 24

Breaking News
  • No items

Kisah Ranieri Hapus Julukan The Runner-Up Man

Kisah Ranieri Hapus Julukan The Runner-Up Man
* Pelatih Leicester City, Claudio Ranieri. (Foto: hindustantimes.com)

Obsessionnews – Kegembiraan Claudio Ranieri membuncah saat Leicester City dibawanya menjuarai Liga Primer Inggris musim 2015/2016. Pelatih berambut putih itu seolah tak percaya bisa membawa The Foxes mengangkat trofi liga untuk kali pertama sepanjang sejarah klub.

Namun, rupanya tak hanya untuk The Foxes. Sepanjang karirnya, baru kali inilah Ranieri meraih juara di level liga utama. Sisanya, ia pernah empat kali nyaris menjadi juara liga utama setelah hanya mengantar Chelsea, AS Roma, Juventus, dan AS Monaco finis di urutan kedua klaseman.

Karena alasan itulah pelatih kelahiran Roma, 20 Oktober 1951 itu dijuluki the runner-up man alias spesialis runner-up.

Soal runner-up, Ranieri mempunyai alasan. Menurutnya, saat melatih Chelsea (2000-2004), seiring kedatangan Abramovich, The Blues tengah coba membangun tim sehingga hanya bisa membawa Chelsea finis di posisi kedua.

Sementara di Juventus (2007-2009), lanjutnya, tim baru promosi dari Serie B. Di musim pertamanya, Ranieri mampu membawa Juve finis di posisi ketiga, kemudian finis kedua di musim berikutnya. Ranieri beralasan, selain masa transisi dari Serie B ke Serie A, saat itu banyak pemain Juve yang masih muda.

“Di Roma (2009-2011), saya juga di urutan kedua. Saya datang setelah dua laga berjalan dimana kami masih mengoleksi nol poin. Kami kemudian finis dengan 80 poin, di belakang Inter yang mengoleksi 82 poin. Saya kalah, tetapi apalagi yang bisa saya lakukan?” ucapnya.

Koleksi runner-up bertambah saat Ranieri menukangi AS Monaco di sepanjang 2012-2014. Bersama Les Rouge et Blanc, Ranieri menjuarai divisi kedua. Di tahun berikutnya, AS Monaco finis kedua, delapan poin di belakang PSG.

Secara raihan trofi di level liga utama, Ranieri boleh dibilang tak begitu sukses. Namun di level turnamen, beberapa prestasi Ranieri bisa dikemukakan.

Bersama Valencia (1997-1999 dan 2004-2005), Ranieri meraih gelar juara Copa del Rey, UEFA Intertoto Cup, dan UEFA Super Cup.

Sebelumnya, Ranieri juga membawa prestasi di turnamen lokal Negeri Pizza saat menukangi Fiorentina. Bersama La Viola (1993-1997), Ranieri yang berhasil menjuarai Serie B pada musim 1993/1994, sukses membawa trofi Coppa Italia dan Supercoppa Italiana ke Kota Firenze.

Hingga saat ini, tercatat sekitar 15 tim telah ditukangi Ranieri. Diantaranya adalah Fiorentina, Napoli, AS Roma, Juventus, Parma, Inter Milan, Chelsea, Atletico Madrid, Valencia, AS Monaco, dan Leicester City.

Di klub terakhirnya inilah Ranieri sukses meyakinkan penggemar sepakbola untuk segera menghapus gelar hampir permanennya, The Runner-up Man.

“Saya selalu percaya cepat atau lambat akan memenangkan titel, tapi pada awalnya saya tak pernah berpikir akan di sini tempatnya, tapi mengapa tidak? Ini musim yang gila, tim-tim besar tidak konsisten dan kami memiliki konsistensi,” tandasnya. (Fath @imam_fath)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.